Rabu, 28 Mei 2014

Sejarah dan Perkembangan Aksara Jawa




Prasasti Ngadoman (1475 M), https://anangpaser.files.wordpress.com/2012/07/od-10019.jpg

 W.van der Molen

Sejarah tulisan sejauh diketahui mulai sekitar tahun 3000 SM yang berasal dari wilayah Timur Tengah. Teks tertulis yang lebih muda (tapi  masih cukup tua) ditemukan di India (2200 SM) dan Cina (1300 SM). Bila dibandingkan dengan kawasan Eropa dan Indonesia timbul secara agak lambat, baru ratusan tahun sesudah Masehi. Pada waktu uutulisan umum sudah mengalami perubahan yang mendasar: dari tulisan logo-sillabik melalui tulisan silabik sampai pada tulisan alfabetik. Tulisan logo-silabik ialah tulisan yang menggunakan tanda untuk mewakili kata dan sukukata. Misalnya tulisan Mesir Kuno yaitu Hieroglif. Tulisan silabik merupakan penyederhanaan dari tulisan logo-silabik: bukan kata lengkap tapi hanya suku kata saja yang diwakilkannya. Tulisan alfabetik menghasilkan fonem. Tulisan Jawa sama dengan nenek moyangnya di India masuk kategori alfabetik, jadi tahap akhir dari perkembangan logo-silabik-silabik-alfabetik. 

PALEOGRAFI JAWA
Kendati tulisan Jawa pada dasarnya sejak dahulu tidak berubah lagi,, namun sejarahnya memperlihatkan cukup banyak perubahan, baik dalam bentuk huruf maupun dalam cara menulis pada umumnya atau gaya tulisan. Ilmu yang mempelajari tulisan itu adalah Paleografi (dari kata Yunani palaios = kuna dan grafein = menulis). Tugas pokok Paleografi adalah meneliti sejarah tulisan: melukiskan dan menerangkan perubahan bentuk tulisan dari masa ke masa. Di samping itu juga berperan sebagai ilmu bantu untuk beberapa ilmu lain seperti epigrafi, sejarah, filologi,dll., untuk membaca teks-teks tua,, memberi tanggal dokumen yang tidak bertanggal, menjelaskan terjadinya penyimpangan tertentu dalam proses penyalinan naskah, dan seterusnya.

Jumlah karangan paleografi Jawa terbatas sekali. Mulai pada awal abad yang lalu ada satu kumpulan contoh dari berbagai tipe tulisan Jawa yang kemudian disusul pada pertengahan abad oleh kumpulan sejenis lagi, masing-masing dibuat oleh Raffles (1817) dan Cohen Stuart (1863:147-148; Keyzer 1863). Ternyata contoh yang dikumpulkan bukan merupakan jiplakan dari yang asli tetapi karya Jawa Baru yang ditulis dengan huruf kuna demi percontohan (Cohen Stuart 1864:169). 

Lain halnya dengan Holle, Tabel van Indische alphabetten (1882). Atas dasar sistematis tentang apa yang diketahui pada waktu itu, Holle menguraikan daftar alfabetik huruf Jawa dari zaman yang berbeda. Tabel Holle berguna sekali bagi mereka yang ingin membaca teks dalam tulisan kuna, untuk memperlajari tanda kuna itu juga dapat dilihat pula perkembangannya. 

Satu langkah besar diambil pada tahun 1918, ketika van Vogel menentukan asal-usul tulisan Jawa. Tulisan yang ditemukan di Kutai, Kalimantan, yang mendahului tulisan Jawa yang sebenarnya, ternyata langsungh bisa dihubungkan dengan tulisan seperti yang berlaku di kerajaan Pallawa, India Selatan pada abad keempat dan setelahnya.. 

Tinjauan sejarah tulisan ini lengkap jika menyebutkan dengan tiga karangan lain yang terbit pada paroh kedua abad ini. De Casparis menulis buku yang menguraikan perkembangan tulisan Jawa dari permulaan sampai tahun 1500 (De Casparis,1975). Pigeaud dalam katalog naskah Jawanya memberikan contoh sejumlah tipe tulisan seperti yang terdapat dalam naskah itu (Pigeaud, 1970). Karangan ketiga yaitu artikel Damais (1955) yang berusaha menciptakan ilmu paleografi perbandingan dengan menempatkan tulisan Jawa dalam konteks tulisan Asia Tenggara. 

Tinjauan singkat mengenai paleografi Jawa ini menunjukkan bahwa yang dikerjakan sampai sekarang baru bersifat merintis jalan dan belum merupakan pengolahan definitif.

TULISAN JAWA
Berdasarkan buku De Casparis, Indonesian Palaeography kita bisa menguraikan sejarahnya secara ringkas sebagai berikut. Ada lima periode yaitu:

  1. Palawa  (sebelum 700)
  2. Kawi tahap awal  (750-925)
  3. Kawi tahap akhir  (925-1250)
  4. Majapahit  (1250-1450)
  5. Jawa baru  (sampai sekarang)
Kelima tahap pokok ini bisa dibagi dalam tahap yang lebih kecil lagi. Dasar pembagiannya adalah berupa sejumlah ciri di tingkat huruf dan di tingkat gaya. Belum tentu satu tahap memperlihatkan satu tipe tulisan yang berbeda sama sekali dengan tipe tulisan dari tahap lain. Perubahan terjadi secara berangsur-angsur sehingga sulit ditentukan kapan satu tahap berakhir dan kapan tahap yang lain dimulai. Biasanya tidak semua unsur berubah sekaligus, tapi hanya beberpa unsur saja, sdangkan yang lain masih tetap sama. Yang disebut Palawa misalnya masih dekat dengan bentuk tulisan Palawa di India, sehingga namanya masih tetap dipertahankan. Nama Kawi memang meliputi yang bisa dianggap tulisan Jawa Kuna. Akan tetapu pada pihak lain juga ada tulisan di luar Jawa yang menunjukkan ciri perkembangan yang sama (De Casparis, 1975:29).

Dibawah ini terdaftar beberapa ciri khas dari kelima periode masing-masing (berdasrkan gaya tulisan dan huruf).

Palawa:
  • gaya monumental, untuk menulis dibatu.
  • huruf "t" ditulis dengan ikal besar, berbeda dengan huruf "n" yang ditulis dengan ikal kecil.
Kawi tahap awal:
  • untuk menulis beda pada daun lontar: lebih kecil, hampir persegi, miring sedikit
  • pasangan "pa", "s" dan "ha" bagian kanannya naik ke atas sampai tingkat aksara (dulu: seluruhnya di bawah aksara). 
Kawi tahap akhir:
  • huruf tampak panjang
  • paten bermula dari sebelah kanan bagian atas aksara,, turun sampai di bawah garis dasar aksara dan berbelok ke kiri (sebelumnya: lurus saja).
Majapahit:
  •  kembali ke bentuk persegi, seperti dalam Kawi tahap awal
  • huruf "r" bergaris mendatar atas (dulu: awalnya mendatar saja)
Jawa Baru:
  • miring sedikit
  • semua aksara mulai dengan garis naik yang lurus (dulu: kait atau garis mendatar yang kecil).

Belum tentu satu tipe tulisan digunakan di seluruh Jawa dalam periode tertentu. Keadaan di zaman Majapahit menunjukkan beberapa tipe yang berbeda. Dengan kata lain: di satu wilayah yang di bawah kekuasaan politik yang sama bisa muncul sejumlah tipe tulisan yang saling berbeda (De Casparis, 1975:50-52,72). Selain tulisan Jawa ada lagi tulisan yang mirip, seperti tulisan Bali, Sunda, Palembang. 


MASALAH ANALISA
Analisa yang diterapkan pada tulisan Jawa berupa model statis. Huruf itu dianggap sebagai susunan garis: kalau ingin menyelidikinya cukup dikupas satu demi satu. Padahal huruf itu lebih dari susunan garis saja, namun merupakan hasil gerakan tangan (analisa dinamis).

Model analisa dinamis diperkenalkan oleh ahli paleografi Prancis, Jean Mallon dalam bukunya mengenai sejarah tulisan Latin (Mallon, 1952). Pendekatannya meliputi lima segi:
  1. rupa: bentuk lahiriah
  2. sudut tulisan: sudut antara posisi alat menulis dengan arah tulisan
  3. duktus: urutan penulisan garis dan arahnya
  4. ukuran: panjang lebarnya huruf
  5. ketebalan: garis tipis atau tebal
 Sebagai contoh ada perbandingan antara tulisan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa Tengah diwakilkan oleh prasasti dari Ngadoman (11450 M) dan Jawa Timur oleh prasasti Trowulan V. Dari berbagai analisa dapat diambil kesimpulan bahwa tulisan Jawa Timur merupakan tradisi tersendiri.  Berdasarkan tulisan Jawa Tengah ada sejumlah pembaruan yang menandai tulisan ini sebagai tulisan khas Jawa Timur. Tulisan Jawa Tengah sangat kekurangan data mengenai perkembangan: selama beberapa abad tidak ada informasi apapun. Akan tetapi tulisan seperti yang muncul di abad ke-15 M dalam prasasti Ngadoman menunjukkan cukup banyak persamaan, disamping sejumlah perbedaan, sehingga patut dianggap sebagai perkembangan muda dari tulisan Jawa Tengah zaman dahulu. Nila teori ini betul, berarti tradisi penulisan di Jawa Tengah tidak berhenti sejak abad ke-9 M tapi tetap diterapkan, walaupun pembuktiannya tidak ada, sesudah pusat kekuasaan beralih ke Jawa Timur.

DAFTAR PUSTAKA

 Mallon,Jean.1952,Paleographie romaine, Madrid: Consejo Superior de Investigaciones Cientificas.. Scripturae monumenta et studia III.

Keyzer,S.K,1863 "Eenige alfabetten en proeven van oud Javaansch schrift.' Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch- Indie, 10:280-289.

Casparis, J..G.. de, 1975, Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia from the Beginnings to C A.D. 1500. Leiden/Koln: Brill. Handbuch der Orientalistik. Dritte Abteilung. Vierter Band, erste Lieferung.

Damais, L.C, 1955, "Lees ecritures d;origine indienne en Indonesue et dans le Sud-Est asiatique continental." Bulletin de la Societe des Etudes Indochinoises Nouvelle Serie 30: 365-382.

Pigeaud, Th.G.Th, 1970, Literature of Java. Catalogue raisonne of Javanese manuscripts in the library of the University of Leiden and other public collections in the Netherlands. Volume III. Ilustrations and facsimiles of manuscripts, maps, addenda and a general index of names and subjects.

Raffles,T.S,1817, The History of Java. London: Blade, Parbury and Allen, Murray.

Holle,K.F, 1882, Tabel van Oud-en Nieuw-Indische Alphabetten. Batavia: Landsdrukkerij.

Vogel, J.Ph,1918, "The Yupa Inscriptions of King Mulavarman from Koetei (east Borneo)." Bijdragen tot de taal-, land-, en volkenkunde van Nederlandsch-Indie 74: 167-232.

Cohen Stuart,A.B, 
1863 "Nog eenige bronnen voor de taal-, land- en volkenkunde onzer Indische bezittingen te 
          Londen." Bijdragen tot de taal-, land-, en volkenkunde van Netherlandsch-Indie 10:154-160.
1864 "Opmerkingen over de alphabetten en proeven van oud Javaansch schrift, voorkomende in de 
          Bijdragen deel VI, pag.280 en volog."  Bijdragen tot de taal-, land-, en vvolkenkunde van  
          Netherlandsch-Indie 11:169-1733.


Sumber:
W. van der Mollen, 1985
"Sejarah Perkembangan Aksara Jawa" dalam Aksara dan Ramalan Nasib dalam Kebudayaan Jawa
Soedarsono, dkk (Peny.) no.13, Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.