Bahasa Campa Kuno dan Hubungannya
dengan Bahasa Melayu
G.E.Marrison
Kerajaan
Campa (abad ke-3 M) merupakan kerajaan yang mendominasi wilayah yang kini
letaknya di Vietnam bagian tengah dan tenggara. Seluruh wilayahnya mencakup
pesisir pantai, termasuk Indrapura (Mison) dan Vijaya (Binh-dinh), Kauthara
(Nha-trang) dan Panduranga (Phan-rang). Kerajaan yang mayoritasnya memuja Hindu
Saiva ini meninggalkan beberapa peninggalan arsitektur dan arca dengan
prasasti-prasasti berbahasa Sansekerta dan Champa yang berangka tahun Sakaraja
78 M.
Bukti
linguistik hubungan bahasa Indonesia dan Campa juga telah ditelusuri oleh
beberapa ahli seperti G.K.Niemann, C.O.Blagden, dan D.W.Blood. Penelitian
tersebut berdasrkan studi bahasa modern, yang telah mengungkapkan adanya
hubungan bahasa Campa dan Melayu juga bahasa Campa dan bahasa daerah Aceh.
Bahasa Campa memiliki unsur turunan bahasa Sansekerta yang juga ditemukan dalam
bahasa Indonesia dan juga di beberapa bahasa Mon-Khmer. Di masa selanjutnya
pada bahasa Campa modern sudah menyimpang dari bahasa Melayu atas pengaruh
bahasa Vietnam dan Mon-Khmer.
Bahasa
Campa kuno sangat jelas berhubungan dengan bahasa Melayu daripada bahasa yang
digunakan selanjutnya. Oleh karena itu, studi prasasti Campa memiliki pengaruh
yang signifikan dengan linguistik komparatif Indonesia.
Prasasti Campa Kuno
Prasasti ini dipublikasikan oleh G. Coedes
pada 1939. Walaupun tidak disertakan penanggalannya, namun prasasti ini sangat
mirip dengan prasasti bertanggal dengan bahasa Sanskerta yang dikeluarkan oleh
Raja Bhadravarman I dari dinasti kedua yang memerintah hingga abd ke-4 M.
Prasasti tersebut dihubungkan dengan sumur di Dong-yen-chau dekat Indrapura,
seperti yang tertulis berikut ini:
‘Siddham!
Ni yang nāga punya putauv. Ya urāng sepüy di ko, kurun ko jemāy labuh nari
svarggah. Ya urang paribhū di ko, kurun saribu thun davam di naraka, dengan
tijuh kulo ko.’
‘Fortune!
This is the divine serpent of the king. Whoever respect him, for him jewels far
from heaven. Whoever insults him, he will remain for a thousand years in hell,
with seven generations of his family.’
Teks pendek ini mengacu pada
bahasa Melayu dalam tata bahasa maupun kosakatanya, dengan beberapa akar bahasa
Sansekerta. Kosakata Sansekerta yang terdiri atas siddham- sangat sering digunakan dalam seruan keberkahan; nāga- ular atau naga; svarggah- surga, paribhu-menghina, naraka
–neraka, dan kulo-keluarga. Beberapa
kata-kata yang masih digunakan pada bahasa Campa Modern (MC) dan bahasa Melayu
(Mal) yaitu:
ni MC,
ni, Mal. Ini
yang MC,Mal.Id.
Keilahian
punya Mal.
Id. Milik
putauv MC,
patau, raja. Kata dasar kemungkinan pu- ‘tuan’ dan tau-‘ orang’ sama seperti
bahasa Tagalog, tao ‘orang’.
Ya MC,ya, Mal., yang, “dengan siapa”.
Urāng MC,
urang, rang, Mal. Orang
Sepüy Mendekati
kata ‘menghormati’. Mal. sepui
‘meniup lembut, sopan, hormat’.
Di MC,
Mal.id. ‘ke,di’.
Ko Bahasa
Jawa iku, ‘itu’
Kurun MC,
krün ‘melihat, mengetahui’. Pada
konteks teks diartikan ‘mengenai’
Jemāy MC,
jemai ‘perhiasan’, Indonesia, jambi ‘buah pinang’.
Labuh MC,id. ‘jatuh’, Mal. Laboh
‘menerjunkan jangkar’.
Nari Mal.
Dari
Saribu Mal.Id,
seribu
Thun MC,Id.
Mal. Tahun
Davam MC,
dhwa ‘tempat’, Mal. Diam ‘tersisa’
Tijuh MC,Id.
Mal tujoh ‘tujuh’
Dengan Mal.Id., NC ngan ‘dengan’.
Prasasti
dari Dinasti ke-6, 875-991 M
Prasasti yang berasal dari
ibukota kerajaan, yaitu Indrapura (Mison) memiliki aliran Hindu Saiwa selain
ada juga Buddha Tantrayana. Kaitannya dengan Jawa sangat kental.
Prasasti-prasasti berikut mengandung bahsa Campa, yaitu:
- Prasasti pertama dari Dong Duong, 797 Sakaraja (875 M). Berbahasa Sansekerta yang menjelaskan pendirian Indrapura oleh Raja Indravarman II dan mencatatkan diujung kalimat daftar lahan di Campa. ( lihat: L. Finot. Les inscriptions de Quang-nam. BEFEO 4, 1904, pp.83-4.)
2.
Prasasti Bo Mung,
811 Saka (889 M). Donasi Raja
Indravarman II pada pendirian pemujaan Siwa, disertai daftar lahan. (lihat: E.
Huber. Etudes Indochinoises. BEFEO 11, 1911, p.269.)
3.
Prasasti
Pu Thuan, 889 M. Persembahan untuk
kuil dengan lahan pemberian Raja Indravarman II. (lihat: Huber,id.p.10.)
4.
Prasasti
Ban Lanh, 820 Saka (898 M). Dimaksudkan sebagai perlindungan oleh Raja
Jayasimhavarman I pada dua kuil, dengan perpaduan bahasa Sansekerta dan Campa.
(lihat: L.Finot,id.pp.99-105)
5.
Prasasti
kedua dari Dong Duong, 820 Saka (898 M). Persembahan hadiah untuk
kuil dari Putri Rajakula (see: L. Finot,id.p.105.)
6.
Prasasti
An Thai, 824 Saka (903 M). Prasasti Budha berbahasa Sansekerta dengan daftar lahan
di Campa. (lihat: Huber,id.p.282).
7.
Chau Sa, 825 Saka (904 M). (lihat: Huber.id.p.282; hanya daftar pustaka).
8.
Prasasti
Hoa Que, 830 Saka (908 M). Persembahan bagi kuil setelah keberhasilan sebuah
ekspedisi; ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Campa. (Huber,id.p.285).
9.
Lao Thanh, 832 Saka (910 M) (Huber,id.p.285; hanya rujukan).
10. Phu
Luong, 83x Saka ( setelah 910 M) (Huber,id.p.283,
rujukan).
11. Nhan
Bieu, 833 Saka (911 M). Daftar tanah kuil
Devalingesvara di Kummuvel.
12. Prasasti Ha Trung, 838 Saka (916
M). Daftar panjang sawah-sawah, dengan rincian kategorinya dan batasnya.
(huber,id.p.298; rujukan saja.)
13. Prasasti Lai Trung, 843 Saka (921 M). Kutukan (Huber,id.p.15).
14. Prasasti Po Klaung Garai, 867 Saka
(945 M). Ekspedisi Devaraja, keponakan Paramesvaravarma ke Panduranga. (lihat:
L. Finot. Mouvelles inscriptions de Po Kluang Garai. BEFEO 9, 1909,p. 208)
15. Prasasti Batu di Po Kluang Garai, 872 Saka (950 M). Perbaikan tempat pemujaan
setelah pemberontakan. (lihat: Finot,id.p.63).
16. Prasasti Po Klaung Garai, 894 Saka
(972 M). Perbaikan tempat pemujaan. (lihat: Finot,id.pp.205-9).
Data diatas, nomor 1,2,4,6,11, dan
12 semuanya berisi nama lahan. Nomor 1 dan 6 prasasti ditulis menggunakan
bahasa Sansekerta kecuali nama lahan. Lahan dalam bahasa Sansekerta adalah ksetram.
Aso ksetram – ‘lahan anjing’, Jawa asu
Gamryang ksetram -- , Mal. kemerin
Jraung
apaung salavang ksetram
– ‘, Mal. jerong apong selempang
Damanuv vlur
candang ksetram
– ‘lahan yang merupakan danau ikan tenggiri’,
Mal. danau balur chandang.
Dandan ksetram
vataing tatha ngauk amvil ca patak ksetram – ‘lahan proyek, dengan gundukan pasir dan gundukan
garam yang dibagi kedalam kotak’, Mal. dandan
‘dataran’, beting ‘gurun pasir’, petak ‘kotak pembagian sawah’
Nomor
6 terdiri atas lahan: kravauv ksetram
‘lahan kerbau’,Mal. kerbau, glam ‘pohon (Melaleuca), Mal. gelam, duri ‘tanduk’, vyau ‘pisang’, bahasa Bali, biyu,
klov huviy ‘akar pohon’, bahasa Jawa telu ‘tiga’, Mal. ubi ‘akar’.
Contoh
berikut diambil dari pembukaan pada sisi D prasasti Nhan Bieu (no.11) yang
dimulai dengan daftar lahan-lahan di Campa:
‘niy dom huma yang pov ku
Devalingesvara di Kumuvvel; huma bhauk purak tluv pluh tijuh galauk, asiy nu
sapluh jak; nariy sang urang pagar pinang tuy andap sedang nau patal dandau
visesa, sumrang daksina nam pluh galauk, asiy ñu tluv pluh jak.’
‘these are all the fields of the
temple of Devalingesvara at Kumuvvel; the ricefield with the raound depression
has an area of 37 galauk and produces 10 loads of rice. It stretches from the
house of the people of the area garden, up to and including all the lake and on
the south bank an area of 60 galauk, producing 30 loads of rice.’
Huma ‘sawah’. Kata yang sama dipakai
dalam bahasa Mal. namun mengacu pada sawah
kering.
Tluv
pluh tijuh ‘37’, Mal. tiga puloh tujoh
Asiy
‘beras’, kata ini sangat mungkin sama dengan Mal. nasi
ñu ‘pada, miliknya’, Mal. (...-nya)
Urang
pagar pinang ‘orang yang berada di pagar kebun pohon pinang’
Dandau
‘danau, Mal. danau
Sumrang
‘gundukan’, Mal. seberang
Contoh
selanjutnya adalah prasasti Phu Thuan (no.3) yang dilanjutkan dengan bahasa
Campa:
‘Svasti. Ni kanadhā kuv pu pov
tana rayā yang ma..... nau Sri Indravarmmadeva yang sakala rājadhirāja di
nagara Campa vriy yāng pov ku Sri Bhāgavakāntesvara matandāh sarvvakaradāna kuv
vriy yang niy pov kuv danay sandiy yajamana niy yang niy, kintu karaṇa sandyam
yāng niy ngan udakānna, nau hetu ku atat di yajamāna niy.’
‘Siy pu pov tana rayā yang
maputau andap niy, siy urāng rayā yang marayā mapaknā tuy tanatap kuv niy, pu
pov tana rayā ngan urāng rayā tmuv punya di dalam rājya kuv tra di dalam rājya
driy, tra tmuv pada ya pu pov ku Siva.’
‘Vela urāng rayā masuvāk top
punya ni di yajamāna ni, vela maklum kany athavā ma....vriy urāng vukan klun
driy, urāng rayā nan nau avisi.’
“Fortune!. This is the speech of
His Majesty Sri Indravarmmadeva, who reigns continually in the state of Champa
and has given for the God Bhagavakantesvara an assigned provision for the God,
for the use of the priests of this temple, the maintain worship, with food and
drink so that I (atat—am remembered?) in this temple.’
‘Later kings who may reign here,
and great men who will prevail here, shall act in accordance with my decree.
The kings and the great men will then gain merit in this kingdom and in other
kingdoms and with the God Siva.’
‘If the great men destroy the
property of the temple by damaging it, or allowing others to do so, then they
shall go to hell.’
Selain
kosakata Sansekerta, banyak sekali kata yang dikaitkan dengan bahasa Melayu
seperti tana rayā (Mal. tanah raya ‘negara’), vriy (Mal., beri, ‘beri’), siy (Mal.
“Si..”), urāng rayā (Mal. orang raya, pemimpin), tmuv (Mal. ‘temu’, bertemu dengan), ngan adalah bahasa Campa kependekan dari
bahasa Melayu dengan.
Kanadhā
(kanathā), bahasa Sansekerta kathā ‘berjumlah” dengan infix –an, untuk bentuk kata benda abstrak.
Matandāh, ditandai. Prefiks aktif ma- dengan tandāh, “disisikan”, bahasa Malayu tendas, “memotong’.
Maputau “yang berkuasa”, ma- dengan putau “raja”
Marayā, “menguji perintah bawahan”, ma- dengan rayā “agung”
Mapaknā, “yang harus dipatuhi”, mapa-, prefiks ganda, disini dengan
kausatif pasif knā, Malayu, kena “mendapatkan”.
Tanatap, “ dekrit”, bahasa Champa tatap
dengan infix –an-, Malayu tetap “masih”
Masuvāk, “mengganggu, menghancurkan”,
Makluñ, “menghancurkan”
Prasasti
Lai Trung (no.13) merupakan prasasti kutukan yang dibaca sebagai berikut:
‘Siy
urāng yang mavāc tuy śanāpa niy, asuv hitam, asuv putih, asuv mirah, asuv pak
matā, avista ya nan āśraya inā urāng nan. Niy śakarāja vuh yāp trih catvāra
asta.’
‘Any
man who dismantles (this inscription), according to the curse, the black dog,
the white dog, the red dog and four eyed dog, all of them will haunt that man’s
mother. This was erected in the Sakaraja era 843 (921 M).’
Prasasti
ini menggunakan bahasa Campa asuv
yang digunakan pula pada bahasa Indonesia asu
“anjing”. Bahasa Campa pak
sejajar dengan bahasa Malayu empat, “empat”
dan vuh bukan merupakan pengulangan
bentuk dari bahasa Malaysia buboh, “menempatkan”.
Bahasa Campa mavāc digunakan dalam
bahasa Campa kini wak, “melanggar”
dan yap sama dengan yap “menghitung”. śānapa merupakan contoh lain penggunaan bahasa Sansekerta śāpa “kutukan” dengan infix bahasa Campa
–an.
Kesimpulan
Seperti
yang telah digambarkan secara jelas pada prasasti Campa awal bahasa yang
digunakan sangat berkaitan dengan fonologi bahasa Melayu, kosakatanya dan
kalimat. Hal ini mencakup membolakbalikan kata lokal pada suku kata akhir dan
kecenderungan konsekuen ke arah monosilabisme dan penggunaan sistem afiksisasi
lebih sama dengan Mon Khmer daripada bahasa Indonesia dalam penggunaan prefiks
dan infiks tapi berbeda dengan sufiks.
Dalam
perkembangan selanjutnya, bahasa Campa awal dan pertengahan menggunakan
kosakata Sansekerta, mencakup berbagai aksen kata untuk suku kata terakhir yang
ditemukan pada bahasa Melayu kuno dan bahasa Jawa kuno dan karakteristik
selanjutnya meminjam bahasa Indonesia.
Sumber:
Marrison,
G.E, 1975, “The Early Cham Language and Its Relationship to Malay”, in JMBRAS, Vol. 48, part II, 1975, page:
52-59.
Keren. Aku anak planologi tapi tertarik sama antropologi dan arkeologi...
BalasHapushttp://chamstudies.net/
BalasHapuskeren abis.. saya anak geografi, suka bgt sama antropogeografinya..
BalasHapuskeren abis.. saya anak geografi, suka bgt sama antropogeografinya..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKeren mbak , saya mau nanya , tentang prasasti nhan bhieu , terutama perkataan VIII. Yavadvïpapuram bhflpanujnàio nutakarmmani
BalasHapusgatvâ yah pratipattisthah siddhayatrâm samâ(i2)gamat j| , yang jadi pertanyasn saya apakah perkataan yavadvipapuram ini bermaksud pulau jawa kah , terima kasih mohon pencerahannya
Saya anak orang champa
BalasHapusAceh; Arab ,Turkey ,chinachampa, Europa and hindia.
BalasHapusthanx infonya
BalasHapus