Prasasti-Prasasti
Pendek di Kompleks Candi Prambanan
Tjahjono
Prasodjo, Rani Andrika
(Makalah
dipublikasikan dalam acara Seminar Internasional Epigrafi dan Sejarah Kuno
Indonesia di FIB UI, 5 Desember 2012)
Pendahuluan
Prasasti-prasasti pendek ditemukan di
beberapa kompleks percandian di Jawa. Salah satu yang paling dikenal adalah
prasasti-prasasti pendek dari Kompleks Percandian Plaosan. De Casparis
mencatatnya dengan teliti dalam “Berita Purbakala No.4 1). Dalam
uraiannya De Casparis menyajikan daftar prasasti pendek di Candi Plaosan Lor
yang berjumlah 65 buah, terdiri dari 42 buah dipahatkan pada candi perwara
deretan pertama, 7 buah di candi perwara deretan kedua, 10 buah di candi
perwara deretan ketiga, 5 buah prasasti pendek pada temuan batu candi lepas,
dan satu buah prasasti bercat merah.
Selain di Kompleks Candi Plaosan, di
beberapa candi lainnya juga ditemukan prasasti-prasasti pendek, antara lain di
Candi Borobudur, Candi Sojiwan, dan Candi Sari 2) Di relief kaki candi Borobudur,
pada relief Karmawibhangga ditemukan 35 prasasti pendek berhuruf Jawa Kuno.
Sebagian besar prasasti pendek tersebut sudah diidentifikasikan oleh para
peneliti, dari 35 prasasti 5 buah tidak dapat terbaca dan 3 buah hanya terbaca
sebagian, di samping itu terdapat beberapa interpretasi terhadap isi prasasti
tersebut 3). Di Candi
Sojiwan ditemukan prasasti pendek “śrī mahārāja” yang ditemukan di dalam
bilik candi dan saat ini disimpan di Museum Nasional. Tipe aksara prasasti
pendek tersebut dikatakan sebagai tipe aksara yang sama dengan tipe aksara yang
diterakan pada prasasti-prasasti pendek Plaosan. Tipe ini disamakan dengan tipe
aksara prasasti Karangtengah yang berangka tahun 824 M 4). Prasasti
pendek bercat hitam ditemukan dalam bilik Candi Sari. Dalam Oudheidkundig
Verslag 1925 dilaporkan sebaran tulisan berwarna hitam di bilik dalam
candi. Menurut laporan tersebut bentuk huruf prasasti tidak dapat dipakai untuk
menunjukkan tipe tertentu dari perkembangan huruf kuno, namun diduga berisi
nama-nama orang walaupun tidak dapat dipastikan secara tepat 5).
Kompleks percandian lain yang memiliki
temuan prasasti pendek adalah Kompleks Candi Prambanan. Prasasti pendek yang
ditemukan di Candi Prambanan terdiri dari dua jenis prasasti, yaitu prasasti
berbahan logam emas (pripih) yang ditemukan di Candi B 6) dan prasasti
pendek dicat pada batu (bangunan) candi. Di dalam kompleks percandian ini
terdapat lebih dari 130 buah prasasti pendek bercat, baik yang dapat terbaca
maupun yang tidak dapat dibaca 7). Kesemua prasasti tersebut ditorehkan ke batu
dengan bahan cat, kebanyakan berwarna merah, sedang sebagian kecil berwarna
putih atau hitam. Kondisi prasasti saat ini cukup memprihatinkan akibat
pengaruh iklim dan tindak konservasi batuan candi, banyak prasasti sudah dalam
keadaan memudar sehingga sulit dibaca. Makalah ini berupaya untuk
mendokumentasikan prasasti yang masih tersisa atau masih dapat dibaca dan
sekaligus membahas ulang keberadaan prasasti tersebut.
Sebaran Prasasti-prasasti Pendek Candi
Prambanan dan Transkripsinya
Prasasti-prasasti pendek yang berasal
dari Kompleks Candi Prambanan relatif tidak banyak diperhatikan atau diteliti,
terutama penelitian secara utuh terhadapnya. N.J. Krom dalam publikasinya di
tahun 1923 telah menyinggung keberadaan prasasti-prasasti pendek tersebut 8). Stutterheim
dalam Oudheidkundige Aanteekeningen No. XXIX 9) memberitakan
adanya sebuah batu di Candi Prambanan yang bertulis “n kanuruḥhan” yang
ditulis dengan cat warna putih. Dengan sangat yakin Stutterheim mengemukakan
bahwa tulisan tersebut merupakan penggalan dari frasa “rakryān kanuruhan”,
sebuah penyebutan nama jabatan di masa Jawa Kuno. Pada tahun 1940 Oudheidkundig
Verslag 10) memuat laporan tentang adanya tulisan
kuno di dalam bilik Candi Siwa. Tulisan cat berwarna hitam tersebut berbunyi “garjita”
yang diartikan “bersemangat /bergembira” dan dari gaya hurufnya diperkirakan
berasal bukan dari masa pendirian Candi Prambanan tetapi dari masa
Airlangga. De Casparis dalam bukunya“Prasasti Indonesia II” menyatakan bahwa ia
telah mencoba meneliti prasasti pendek bercat di Candi Prambanan. Ia menyatakan
“I collected about fifty inscriptions in
all, most of which short and very difficult to be read (the paint does not
resist the ages as well as the inscriptions cut into the stones).”11 )
De Casparis juga menyinggung mengenai
prasasti-prasasti pendek tersebut dalam tulisannya yang lain 12). Selain itu, M.
Sukarto K. Armodjo 13) mengemukakan
tentang adanya prasasti-prasasti pendek tersebut. Bahkan ia juga telah membaca
dua buah prasasti pendek berbunyi “halaran” di dinding tembok pagar
Candi Prambanan.
Rani Andrika dalam karya tulis
skripsinya 14) membahas aspek
paleografis, isi, dan fungsi prasasti-prasasti pendek ini. Dalam proses
penelitiannya, telah berhasil dibaca ulang sekitar 65 prasasti pendek yang
bercat dan beberapa gambar cat merah yang dilukiskan di berbagai bangunan candi
di Kompleks Candi Prambanan. Data yang dikumpulkannya dilengkapi dengan arsip
gambar yang diperoleh di Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta yang
merupakan salinan dari gambar yang dibuat oleh Dinas Purbakala Seksi Bangunan
pada sekitar tahun 1930-an.
Prasasti-prasasti pendek bercat yang
masih dapat dikenali pada batu-batu bangunan candi disajikan di bawah ini
berdasarkan keletakannya pada tiap bangunan, yaitu pada Candi Siwa, Candi
Brahma, Candi Wisnu, Candi Nandi, Candi Apit Utara, Candi Wahana B, dan pagar
halaman pertama Kompleks Candi Prambanan. Seluruh prasasti pendek ditulis dalam
aksara Jawa Kuno. Perlu dikemukakan bahwa hampir seluruh prasasti dalam keadaan
yang tidak mudah untuk dibaca. Salah satu cara untuk memperjelas kenampakan
coretan cat prasasti dilakukan dengan menyiram permukaan batu candi dengan air.
Di samping itu, cara lain yang ditempuh adalah dengan memanipulasi tampilan
foto prasasti melalui aplikasi pengolah gambar di perangkat computer. Walaupun
kedua cara ini cukup membantu dalam memperjelas pembacaan huruf-huruf prasasti,
namun diakui bahwa kondisi tulisan cat di atas permukaan batu candi pada hampir
seluruh prasasti sangat kabur. Hasil pembacaan yang disajikan di bawah ini
diperoleh dalam kondisi seperti yang telah diuraikan di atas.
Di samping pengumpulan data prasasti
melalui pembacaan secara langsung di lokasi, diperoleh pula data prasasti dari
5 (lima) buah gambar teknis koleksi arsip Balai Pelestarian Cagar Budaya
Yogyakarta 15)
Kelima
gambar tersebut merupakan salinan dari gambar yang dibuat pada tahun 1932 oleh
Dinas Purbakala Prambanan, Seksi Bangunan 16) Berikut ini uraian prasasti-prasasti
pendek yang dimuat pada kelima arsip gambar tersebut.
1. “Tj. Lara Djonggrang Prambanan.
Steenen met Letterschrift”, digambar pada tanggal 13-8-1932.
Di lembaran ini digambarkan empat buah
gambar salinan (faksimili) tulisan Jawa Kuno, dua ditemukan di pagar halaman
candi sedangkan dua lainnya pada batu candi temuan lepas. Hasil pembacaan
prasasti tersebut adalah “ghyaha”, “lablab”, “i pu lidus”,
dan “kaluṅwarak”. Tulisan “lablab” ditorehkan dengan cat putih,
merupakan salah satu dari dua prasasti bercat warna putih di Candi Prambanan.
2. “Tj. Lara Djonggrang Prambanan.
Steenen met Letterschrift en Ornament met Rood Geschilderd”, digambar pada
tanggal 10-9-1932.
Terdapat delapan tulisan kuno yang
digambarkan di atas lembaran gambar ini, tiga diantaranya tak terbaca. Kelima
tulisan yang terbaca adalah “//duwaŋtanagapudu”,”tuhadha”, “…wa(i)
i sgatitadan”, “gata..ba”, dan “wutatan”.
3. “Tj. Lara Djonggrang Prambanan.
Steenen met Letterschrift”, digambar pada tanggal 10-10-1932.
Di
lembaran ini hanya tercatat tulisan terbaca “gaṭawalaligi…d tira…”, la…t”,
dan “…t”.
4.
“Tj. Lara Djonggrang Prambanan. Steenen met Letterschrift en Ornament”,
digambar pada tanggal 9-11-1932
Lembaran
arsip gambar ini berisi 21 gambar prasasti pendek yang ditemukan di Candi Siwa,
Wisnu, Candi Perwara, dan temuan lepas.
a. Candi Siwa: “i padapsa”, “gawai i
pabhadu”, “mitatawa”, “…w(ai) i pabapsa”, “tawai i magaduŋ”, “bata”, “ga…i
pagahyaŋ”, “taturlali”, “hatagapalaŋga”.
b.
Candi Wisnu: “tumaŋtuŋ”
c. Pagar halaman: “yan”, “ligi”,
d. Temuan lepas: “bawamapaŋ”
(bercat warna putih), “baŋ…ga”, “halaŋ”, “parlaḍhupa”, “patarama”,
“…laduda”, “i ḍhatar”, “pagu”
5. “Gambar tulisan tulisan kuno
dengan tjat di Pertjandian Lara Djonggrang”, tidak ada keterangan kapan
gambar aslinya dibuat.
Lembaran ini memuat gambar (faksimili)
dari 63 buah prasasti pendek Candi Prambanan. Namun, sayangnya di setiap
faksimili tidak mencantumkan lokasi prasastinya. Beberapa faksimili sudah
dicantumkan dalam Lembaran-lembaran arsip gambar di atas (gambar no. 1-4),
sehingga terjadi beberapa duplikasi faksimili.
Beberapa Catatan tentang Prasasti Pendek
Candi Prambanan
Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah
prasasti pendek bercat yang ditemukan di Candi Prambanan cukup mengagumkan.
Berdasarkan pengamatan saat ini di Candi Prambanan, dicatat sejumlah 133
prasasti 17) dan apabila
digabungkan dengan perhitungan prasasti yang dicatat oleh Dinas Purbakala (berdasar
lima Lembar Gambar yang telah dibuat) maka jumlah keseluruhan mencapai 222 buah
prasasti 18). Dengan jumlah
sebesar itu pastilah coretan-coretan tulisan tersebut memaknai sesuatu. Sayang
sekali kondisi prasasti-prasasti tersebut dalam keadaan sulit dibaca. Dari 133
buah prasasti yang dijumpai saat ini, yang terbaca sebanyak 50 buah saja,
sedangkan yang lain coretan aksaranya sudah sangat kabur, hanya tersisa
bekas-bekas coretan cat saja.
Faktor yang menyebabkan coretan aksara
cat semakin pudar adalah karena pengaruh iklim, seperti hujan dan sinar
matahari yang terus menerus menimpa secara bergantian. Demikian pula adanya
pengaruh jamur batu yang hidup dipermukaan batu candi yang dapat menyebabkan
pengelupasan cat prasasti. Tindak konservasi yang salah sebenarnya turut pula
berperan dalam pengikisan aksara cat tersebut, terutama tindakan pembersihan
batu candi yang secara rutin dilakukan dalam rangka pemeliharaan bangunan
candi. Apabila petugas pembersihan batu tidak memperhatikan atau menyadari
keberadaan prasasti bercat tersebut pastilah dengan mudah coretan prasasti
tersebut semakin lama semakin terkikis, dan hal tersebut justru dilakukan oleh
tindak konservatif yang seharusnya menyelamatkan data arkeologi. Kasus semakin
memudarnya cat prasasti juga ditemukan di candi-candi yang lain yang memiliki
prasasti bercat, terutama terlihat jelas di Candi Plaosan Lor. Saat ini tulisan
cat merah di menara sudut pagar E3 (sudut Timur Laut) Candi Plaosan Lor sudah
memudar, padahal sekitar dua puluh tahun lalu 19) seluruh aksara yang berbunyi “palarhyaŋ”
tersebut terlihat sangat jelas.
Kekaburan aksara-aksara prasasti pendek
Candi Prambanan menimbulkan kesulitan dalam mengartikan kata-kata prasasti.
Banyak kata-kata dalam prasasti tersebut yang terpenggal sebagian sehingga
memerlukan waktu yang lama untuk menduga-duga keutuhan kata atau frasa yang
sebenarnya dan bahkan sama sekali tidak dapat diartikan. Tulisan yang paling
cepat ditangkap artinya adalah tulisan kata yang berkaitan dengan nama jabatan.
Beberapa nama jabatan yang dituliskan adalah pikatan, kanuruḥhan,
kaluŋwarak, maḍaṇḍar, lablab, halaran, tumuŋtuŋ, dan awaju 20) De Casparis 21) menyebutkan pula jabatan sirikan, tetapi baik
pengamatan di Candi Prambanan saat ini maupun catatan yang dibuat oleh Dinas
Purbakala pada tahun 1932 tidak ada penulisan nama ini. Kemungkinannya adalah
bahwa tulisan sirikan ini sudah hilang atau memang tidak ada sama sekali.
Keberadaan nama-nama jabatan tersebut di
atas sering dikaitkan dengan pembangunan Candi Prambanan. Pejabat-pejabat yang
disebutkan dalam prasasti tersebut merupakan pejabat yang berperan aktif ikut
berkontribusi dalam pembangunan Candi Prambanan 22). Interpretasi ini selalu ditarik
dari analogi dengan pembangunan Candi Plaosan Lor yang mempunyai
prasasti-prasasti pendek yang juga menyebutkan nama-nama jabatan 23). Perbedaannya
terletak bahwa di Plaosan Lor nama jabatan diikuti dengan nama personal dari
pejabat tersebut 24), sehingga
memudahkan untuk mengidentifikasi lebih rinci tentang tokoh yang disebut,
terutama apabila dikaitkan dengan periode pembangunan candi. Seperti juga yang
dituliskan dalam prasasti-prasasti pendek Plaosan Lor, beberapa prasasti pendek
Candi Prambanan didahului dengan frasa “gawai i”, yaitu “gawai
wibamādu”, “gawai i baŋṅan”,”gawai i baŋphagdhā”, “gĕwai i wamadha”25), “gawai (i) ṇalamawa”, “i padapsa”26),
“gawai i pabhadu”, “…w(ai) i pabapsa”27), “tawai i magaduŋ”28),
“ga…i pagahyaŋ”29), “gawai i dwadan”, “wa i …ta…n sugiḥ”30), dan “gawai i mipagdha”. Sejumlah
prasasti dengan awalan “gawai” banyak yang dituliskan dipagar halaman
candi 31), sehingga
kemungkinan memang banyak kontribusi para pejabat atau penguasa lokal pada
pembangunan pagar halaman candi.
Berkaitan dengan aspek paleografi
prasasti pendek Candi Prambanan, laporan dalam O.V. 1940 menyatakan bahwa
secara paleografis prasasti pendek “garjita” di dalam bilik utama Candi Siwa
memiliki tipe aksara dari masa Airlangga 32). Pendapat ini tidaklah benar. Menilik
bentuk aksara prasasti pendek Candi Prambanan, terlihat lebih mirip dengan
bentuk aksara yang dipahatkan pada prasasti-prasasti abad ke-9 Masehi. Walaupun
untuk membandingkannya dengan aksara-aksara yang dipahatkan di atas batu terasa
kurang tepat karena adanya perbedaan media dan alat yang dipergunakan untuk
menuliskan aksara tersebut. Gaya “coretan” aksara yang dihasilkan oleh pahat
batu atau logam dengan kuas tentunya akan berbeda. Namun, apabila diamati
secara seksama, aksara yang dihasilkan oleh pahat maupun kuas yang berasal dari
periode yang sama akan menghasilkan bentuk dasar aksara yang sama. Tipe aksara
prasasti Candi Prambanan memiliki kemiripan dengan tipe aksara prasasti pendek
Candi Plaosan Lor 33). Kemiripan
tersebut terlihat dalam beberapa aksara, antara lain aksara “ra”, “na”,
“ma”, “ta”, “ha”, dan “la”. Beberapa aksara sama-sama mempunyai
serif (kuncir) di bagian atas. Jika tipe aksara prasasti Candi Prambanan
dapat disamakan dengan tipe aksara prasasti Candi Plaosan, maka dapat dikatakan
bahwa secara paleografis prasasti pendek Candi Prambanan berasal tidak lebih
dari pertengahan abad 9 Masehi 34).
Penutup
Prasasti-prasasti yang dibuat dengan
sapuan kuas tidaklah banyak ditemukan di Indonesia dibandingkan
prasasti-prasasti yang dipahatkan di atas logam maupun batu. Prasasti pendek
Candi Prambanan yang dikuaskan dengan cat berwarna merah, putih (hanya dua buah
prasasti), dan hitam (hanya satu prasasti) masih perlu dianalisis lebih jauh
lagi dibandingkan pembahasan yang dikemukakan dalam makalah ini. Permasalahan
utama yang masih perlu untuk diperdalam adalah permasalahan yang berkaitan
dengan interpretasi isi atau arti deretan kata yang tertulis pada
prasasti-prasasti pendek tersebut. Kesulitan utama dalam mengartikan isi
prasasti tersebut berkaitan dengan kondisi fisik tulisan itu sendiri yang
kebanyakan sudah kabur serta sulit dibaca lagi, baik pudar sebagian maupun
keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan analisis yang cermat dengan membuat
perkiraan yang tepat terhadap arti maupun susunan kata yang lengkap.
Catatan
1
J.G. De Casparis. 1958. “Short Inscriptions from Tjaṇḍi Plaosan-lor”. Berita
Dinas Purbakala No. 4. Jakarta: Dinas Purbakala. Bandingkan dengan:
Rina Anggraeni. 1989. Penempatan Prasasti –Prasasti Pendek di Candi-Candi
Perwara Percandian Plaosan Lor Kaitannya dengan Tahapan Pembangunannya.
Skripsi Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
2
J.G. De Casparis (op.cit., hlm. 12-13) mencatat temuan prasasti pendek terdapat
paling tidak di Candi Panataran, Candi Sewu, Candi Mendut, Ratu Baka, Candi
Sojiwan, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan.
3
Nandana Chutiwongs. 2009. “The ‘Fruits of Seeing’ from the Hidden Base of
Borobudur”. Dalam: Uncovering the Meaning of the Hidden Base of Candi
Borobudur. The National Research and Development Centre ofArchaeology,
hlm. 280-281. Lihat juga: Chaidir Ashari. 2010. Inskripsi-inskripsi pada
Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Kajian Epigrafi. Skripsi
Sarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univesitas Indonesia.
4
J.G De Casparis. 1950. Prasasti Indonesia I. Bandung: Masa Baru,
hlm. 118. Lihat juga: Jan Rombout van Blom. 1935. Tjandi Sadjiwan.
Leiden: Stenferrt Kroese.
5
Oudheidkundig Verslag 1925, hlm. 16-17.
6
Herni Pramastuti, dkk. 2007. Pusaka Aksara Yogyakarta Alih Aksara dan
Alih Bahasa Prasasti Koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Yogyakarta. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Yogyakarta.
7
Rani Andrika, penulis kedua makalah ini, telah melakukan penelitian
prasasti-prasasti pendek di Kompleks Candi Prambanan untuk skripsi sarjananya,
berjudul “Prasasti Pendek dan Gambar Bercat pada Kompleks Candi Prambanan
(Kajian Paleografis, Isi, dan Fungsi)”, pada tahun 2011.
8
N.J. Krom. 1923. Inleiding tot de
Hindoe-Javaansche Kunst. Vol II. ‘s Gravenhage: M. Nijhoff, hlm. 477,
487.
9
Stutterheim, Oudheidkundige Aanteekeningen No. XXIX, Tjandi Lara
Djonggrang en Oost-Java, dalam B.K.I., 90 (1933), hlm. 267-270.
10
Oudheidkundig Verslag 1940, hlm. 29 dan foto 11.
11
J.G. De Casparis. 1956. Prasasti Indonesia II. Selected Inscriptions from
the 7th to 9th century A.D. Bandung: Masa Baru, hlm. 310-311.
12
J.G. De Casparis, 1958, loc.cit. dan J.G. De Casparis. 1975. Indonesian
Palaeography A History of Writing in Indonesia from the Beginnings to C. A.D.
1500. Leiden: E.J . Brill, hlm.6
13
M.Sukarto K. Atmodjo. 1975. “The pillar inscription of Upit”. Dalam: Bijdragen
tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 131 (1975), no: 2/3, Leiden, hlm.
251.
14
Rani Andrika, loc.cit.
15
Pada legenda gambar teknis disebutkan nama lama, yaitu Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta.
16
Kesemua gambar tersebut disalin ulang oleh Ngadiman P. yang dilaksanakan pada
tahun anggaran 1999-2000
17
Bandingkan: Rani Andrika (2011), loc. cit. Berdasarkan perhitungan
pengumpulan data prasasti pendek oleh Rani Andrika diperoleh jumlah 132 buah
prasasti, dengan rincian: pada Candi Siwa sebanyak 52 prasasti (yang terbaca 20
prasasti); pada Candi Wisnu sebanyak 39 prasasti (yang terbaca 15 prasasti);
Candi Brahma sebanyak 22 prasasti (yang
terbaca tujuh prasasti); pada Candi Nandi sebanyak 4 prasasti (semua tidak
terbaca lagi); pada Candi Apit Utara sebanyak 2 prasasti (yang terbaca hanya
satu prasasti); pada Candi Wahana B sebanyak 4 prasasti (semua tidak terbaca
lagi); dan pada pagar ditemukan 9 prasasti yang semua masih dapat dibaca. Ibid.,
hlm. 126.
18
Dengan catatan bahwa 89 buah prasasti yang tercatat dalam Lembaran arsip gambar
tersebut memang benar-benar prasasti yang berbeda dengan amatan di lapangan
saat ini. Terdapat kemungkinan bahwa coretan prasasti-prasasti tersebut telah
mengalami kekaburan karena pengaruh iklim dan tindak konservasi sepanjang
waktu, sehingga terbaca lain saat ini.
19
Berdasarkan kunjungan penulis pada sekitar tahun 1990-an.
20
Bandingkan De Casparis (1956), loc.cit.; Boechari. 1976. “Some
Considerations of the Problem of the Shift of Mataram's Center of Government
from Central to East Java in the 10th Century A .D.” Bulletin of the
Research Centre of Archaeology of Indonesia No . 10 . Jakarta: Proyek
Pelita, Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional, Departemen P & K,
hlm. 11.
21
Ibid.
22
N.J. Krom (1923), hlm. 487 - , juga menghubungkan nama-nama tersebut dalam
kaitannya dengan seniman atau tukang yang bekerja dalam pembangunan Candi
Prambanan, namun de Casparis (1975, hlm. 6 catatan 13) tidak menyetujuinya.
23
Bandingkan juga: Boechari (1976), hlm. 11.
24
Lihat: De Casparis (1958), hlm. 8-12.
25
Bentuk variasi dari “gawai”
26
Kemungkinan di dahului dengan kata “gawai”.
27
Jelas frasa ini mestinya didahului dengan “gawai”.
28
Kemungkinan “tawai”merupakan kesalahan tulis, seharusnya “gawai”.
29
Kehilangan aksara “wai”
30
Kehilangan aksara “ga”.
31
Lihat Tabel 7.
32
O.V. 1940, hlm. 29.
33
Bandingkan dengan de Casparis (1958), op.cit.,hlm.310-311.
34
Lihat de Casparis (1975), hlm. 33. Bandingkan dengan Rani Andrika (2011), hlm.
108-110.
Pustaka Rujukan
Anggraeni, Rina. 1989. Penempatan
Prasasti –Prasasti Pendek di Candi-Candi Perwara Percandian Plaosan Lor
Kaitannya dengan Tahapan Pembangunannya. Skripsi Jurusan Arkeologi
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ashari, Chaidir. 2010. Inskripsi-inskripsi
pada Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Kajian Epigrafi. Skripsi
Sarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univesitas Indonesia.
Atmodjo, M. Sukarto K. 1975.
“The Pillar Inscription of Upit”. Dalam: Bijdragen tot de Taal-, Land- en
Volkenkunde 131 (1975), no: 2/3, Leiden, hlm. 247-253.
Blom, Jan Rombout van. 1935. Tjandi
Sadjiwan. Leiden: Stenferrt Kroese.
Boechari. 1976. “Some
Considerations of the Problem of the Shift of Mataram's Center of Government
from Central to East Java in the 10th Century A .D.” Bulletin of the
Research Centre of Archaeology of Indonesia No . 10 . Jakarta: Proyek
Pelita, Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional, Departemen P & K
.
Chutiwongs, Nandana. 2009. “The
‘Fruits of Seeing’ from the Hidden Base of Borobudur”. Dalam: Uncovering
the Meaning of the Hidden Base of Candi Borobudur. The National
Research and Development Centre ofArchaeology, hlm. 279-318.
De Casparis, J.G. 1950. Prasasti
Indonesia I. Bandung: Masa Baru.
De Casparis, J.G. 1956. Prasasti
Indonesia II. Selected Inscriptions from the 7th to 9th century A.D.
Bandung: Masa Baru
De Casparis, J.G. 1975.
Indonesian Palaeography A History of Writing in Indonesia from the Beginnings
to C. A.D. 1500. Leiden: E.J . Brill
De Casparis, J.G., 1958. “Short
Inscriptions from Tjaṇḍi Plaosan-lor”. Berita Dinas Purbakala No. 4. Djakarta:
Dinas Purbakala.
Krom, N.J. 1923. Inleiding
tot de Hindoe-Javaansche Kunst. Vol II. ‘s Gravenhage: M.
Nijhoff.
Oudheidkundig Verslag 1925, hlm. 16-17
Oudheidkundig Verslag 1940, hlm. 29 dan foto 11.
Pramastuti, Herni dkk. 2007. Pusaka
Aksara Yogyakarta Alih Aksara dan Alih Bahasa Prasasti Koleksi Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta. Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala. Yogyakarta.
Rani Andrika. 2011. Prasasti
Pendek dan Gambar Bercat pada Kompleks Candi Prambanan (Kajian Paleografis,
Isi, dan Fungsi). Skripsi Sarjana. Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Stutterheim, Oudheidkundige
Aanteekeningen No. XXIX, Tjandi Lara Djonggrang en Oost-Java, dalam
B.K.I., 90 (1933), hlm. 267-270.
Terima kasih postingannya, Mbak. Jadi dapat gambaran tentang postingan saya tentang Plaosan Lor :)
BalasHapusbagus banget. Jadi pengen bisa baca/dapat kopian buku Casparis dan jurnal2 arkelogis. Bskah membantu?
BalasHapusTerimakasih