Titi
Surti Nastiti
(ringkasan
dalam buku Pasar di Jawa Masa Mataram
Kuna Abad VIII-XI Masehi, bab perdagangan)
Jalur sungai mempunyai
peranan yang tidak kecil dalam perdagangan. Ramainya lalu lintas perdagangan di
daerah Sungai Brantas disebutkan dalam prasasti Kamalagyan (1037 M) sebagai
berikut:
(12)...kapwa ta sukha manaḥ nikang maparahu samanghulu mangalap bhāṇḍa ri hujung galuḥ tka (13) rikāng para puhāwang para baṇyāga sangka ring dwīpāntara (= semua senang hatinya, orang-orang yang berperahu ke hulu untuk mengambil barang dagangan di Hujung Galuh, [mereka yang] datang ke sana [ialah] para nahkoda [dan] para pedagang dari pulau-pulau lain).
Jenis-jenis komoditi
yang diperdagangkan di pasar terutama adalah hasil bumi seperti beras/padi (Oriza sativa L), buah-buahan, sirih (Piper betle L), pinang (Areca catechu L), pja (ikan asin?), bawang
(Allium sp.), merica/lada (Piper nigrum L), cabai (Capsicum sp.), kemukus (Piper cubeba L), kelapa (Cocos nucifera L), kapas (Gossypium sp.), kapulaga (Amomum cardamomum Willd), mengkudu (Morinda citrifolia L), kesumba (Carthanus tinctorius L), dan bunga,
hewan ternak seperti kerbau, sapi, babi, kambing, itik dan ayam serta telurnya,
berbagai jenis ikan baik ikan segar maupun ikan asin atau ikan yang sudah
dikeringkan (dendeng ikan), hasil industri rumah tangga seperti tekstil,
benang, payung, keranjang, dan barang-barang anyaman, kajang, kepis, gula, arang,
kapur sirih, garam, terasi, alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian dan
senjata yang terbuat dari perungu, tembaga dan besi.
Di dalam prasasti tidak
pernah disebutkan tentang komoditi ekspor dan ada beberapa jenis wḍihan dan kain yang mungkin sekali
merupakan komoditi impor, yakni kain buatan Utara (kain bwat lor) dan kain buatan Timur (kain bwat waitan), serta wḍihan
buatan Kalingga, India (wḍihan bwat kling
putiḥ). Keterangan yang lebih lengkap mengenai komoditi ekspor maupun impor
diperoleh dari berita-berita Cina. Komoditi ekspor antara lain, garam yang
dihasilkan di pantai utara pulau Jawa, merica, pala (Myristica fragrans Houtt), kemukus, kayu adas (Foeniculum vulgare Mill), cengkeh (Syzigium aromaticum L), kayu cendana (Santabum album L), damar (Aghatis
dammara), kayu gaharu (Aquilaria
malaccensis), kapur barus, gula tebu, pinang, pisang (Musa sp.), nangka (Artocarpus
integra Merr), kelapa, kapuk (Ceiba
pentandra Gaertn), gading gajah, kulit penyu, tikar pandan, kain sutra,
kain katun (Wheatley,1959). Barang ekspor terpenting yang tidak disebutkan
dalam berita Cina adalah beras. Adapun komoditi impor, baik untuk dikonsumsi
sendiri maupun diekspor kembali antara lain kain sutra, payung sutera dari
Cina, pedang dari Timur Tengah dan India, nila dan lilin batik, belanga besi
berkaki tiga, piring dan mangkuk bervernis, keramik Cina terutama warna
biru-putih, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas,
perak dan tembaga (Wheatley,1959).
Keterangan yang
didapatkan dari prasasti bahwa jenis-jenis komoditi yang diperdagangkan di
pasar desa dapat dibedakan berdasarkan letak geografisnya, yaitu pasar yang ada
di daerah pantai dan pasar yang ada di daerah pedalaman. Secara umum komoditi utama
daerah pedalaman adalah hasil bumi, sedangkan dari daerah pantai dijual garam,
terasi, dan berbagai jenis ikan laut baik yang segar maupun yang telah
diawetkan.
Beraneka ragam rempah |
Pertanian
Salah satu hasil bumi
yang menjadi bahan komoditi ialah padi dan beras, baik hasil sawah maupun
ladang. Dalam prasasti buah-buahan merupakan hasil kebun yang disebutkan
sebagai salah satu komoditi yang dijual dengan dipikul. Hal tersebut dapat pula
dibandingkan dengan naskah dan relief candi. Secara umum jenis buah-buahan yang
dijual dipasar dapat dibedakan atas buah-buahan tidak bermusim seperti pepaya (Carica papaya L) dan pisang (Musa sp.), serta buah-buahan musiman
seperti rambutan (Nephelium lappaceum L),
duku (Lansium domesticum Jack) dan
durian (Durio zibethinus Murr).
Dalam teks Rāmāyaṇa, jenis buah-buahan yang
disebutkan adalah pelbagai jenis pisang, durian, rambutan, manggis (Garcinia mangostana L), jeruk (Citrus sp.), kecapi (Sandroricum koetjape), jambu (Eugenia jambolana), kapundung (Baccaurea racemosa M.A), kawista (Feronia elephantum), langsat (Lansium domesticum Corr), jamblang (Eugenia cumini Druse atau Syzygium cumini [L] Skeels), salak (Salacca edulis Reinw), cempedak (Artocarpus intege R), nangka (Artocarpus heterophylla Lamk), pelbagai
jenis mangga (Mangifera foetida Loer),
kemang (Mangifera caesia Jack), jambu
mete (Anacardium occidentale L),
jambu air (Eugenia aquea Burm f.),
jambu bol (Eugenia malaccensis L),
duku, nyamplung (Calophyllum inophyllum L),
manggis, jeruk, pisang dan sukun (Artocarpus
communis Forst) (Steinmann, 1934).
Jenis tanaman pangan
lainnya yang disebutkan dalam berita Cina maupun teks Rāmāyaṇa yang mungkin telah menjadi komoditi perdagangan di pasar
adalah hasil palawija seperti labu (famili Cucurbitaceae),
ubi (Ipomea batatas Poir), talas atau
keladi (Colocasia esculenta Schott),
beligo (Benincasa hispida), kacang
(famili Leguminoceae), jelai (Coix lacryma-jobi L), jewawut (Panicum italicum L), terong (Solanum melongana L), dan cabai.
Relief pasar di Candi Borobudur, |
Pertenakan
Selain hasil bumi,
komoditi yang diperdagangkan di pasar adalah hewan ternak seperti kerbau (Bos bubalus L), sapi (Bovidae), babi (Sus L), kambing (Capra hircus
L), itik (Anas boscas L) dan ayam
(Gallus gallus L), serta telurnya.
Dalam masamwyawahāra, hewan ternak yang
diperdagangkan adalah hewan ternak yang masih hidup. Tapi karena dalam prasasti
maupun naskah telah dikenal kata hajagal
yang berarti pemotong hewan ternak atau tukang jagal, maka sangat besar
kemungkinannya pada masa Mataram Kuna dijual daging eceran.
Relief pasar di Candi Borobudur, |
Perikanan
Komoditi lainnya yang
mungkin dijual di pasar adalah bermacam-macam hasil laut dan sungai seperti
udang, kepiting dan ikan, baik yang segar maupun yang dikeringkan. Istilah ikan
yang dikeringkan atau diasinkan disebut grih
(ikan asin) dan ḍeng/ḍaing (dendeng/ikan yang dikeringkan).
Ada dua macam rasa dendeng yang disebutkan dalam prasasti, yaitu ikan yang
dikeringkan dengan rasa asin atau rasa tawar.
Keterangan mengenai
jenis-jenis ikan asin dan dendeng ikan didapatkan dalam prasasti pada bagian
yang menuliskan tentang aneka hidangan yang disuguhkan pada upacara penetapan
sima. Umumnya pada bagian itu menyebutkan jenis-jenis ikan laut seperti ikan
kembung, ikan duri, ikan kakap, ikan tenggiri, ikan bawal, ikan selar, ikan
sotong/cumi-cumi, ikan layar/pari, ikan gabus, kepiting, dan udang. Keterangan tersebut
ada dalam prasasti Paṅgumulan A dan prasasti Rukam (907 M).
Relief pasar di Candi Bayon, Thailand, |
Peralatan rumah tangga
Disamping hasil bumi
dan ternak, komoditi yang dijual di pasar adalah barang-barang hasil produksi
para perajin. Dari bahan baku yang digunakan, para perajin dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok perajin yang memproduksi bukan barang-barang logam
dan kelompok perajin yang memproduksi barang-barang logam yang disebut paṇḍai. Hasil para perajin barang bukan
logam adalah benang, kain, barang-barang anyaman, kajang, kepis, payung,
sedangkan hasil kelompok barang logam adalah alat-alat rumah tangga, alat-alat
pertanian, alat-alat pertukangan dan senjata yang terbuat dari perunggu,
tembaga, dan besi. Selain itu ada juga hasil industri rumah tangga seperti
minyak kelapa, minyak jarak, gula, kapur sirih, dan arang.
Pada umumnya kelompok
para pandai disebutkan pada bagian yang memuat daftar maṅilala drawya haji atau yang memuat tentang masamwyawahāra, sedangkan benda-benda logam yang merupakan hasil
produksi kelompok paṇḍai selalu
dituliskan dalam bagian yang memuat daftar sesajen
(saji-sajian) yang dipersembahkan dalam upacara penetapan sīma (saji ning manusuk sīma)
atau pada bagian yang menyebutkan barang-barang perdagangan yang dikenai pajak.
Selain itu data dari prasasti dapat diketahui bahwa barang-barang logam masuk
ke dalam kelompok komoditi yang dipikul. Keterangan itu terdapat pada bagian
yang menyebutkan tentang pajak perdagangan yang dikenakan kepada para pedagang
yang berjualan di suatu daerah yang ditetapkan menjadi sīma. Pajak perdagangan baru dipungut dari pedagang jika barang
yang dijual sudah melebihi jumlah minimal. Benda logam yang menjadi komoditi
perdagangan di pasar hanya disebut tembaga dan perunggu saja tanpa disebutkan
jenisnya, mungkin yang dimaksud adalah benda-benda keperluan sehari-hari yang
dibuat dari tembaga dan perunggu.
Arca emas Hapsari, Abad ke-14 M, http://wilwatiktamuseum.files.wordpress.com/2011/12/arca-emas-10.jpg |
Disamping benda-benda
logam yang digunakan sebagai alat-alat pertanian, alat-alat pertukangan,
alat-alat rumah tangga, dan senjata, masyarakat Mataram Kuna telah mengenal
logam mulia dan perak yang sebagian besar dipakai sebagai bahan baku untuk
membuat perhiasan. Pada masa itu perhiasan dipakai oleh semua lapisan
masyarakat yang dibuktikan dengan adanya cincin emas sebagai pasek-pasek (hadiah) yang diberikan
kepada orang-orang yang hadir dalam upacara penetapan sima, baik kaum bangsawan
maupun penduduk desa.
Jenis komoditi lainnya
yang mungkin dijual di pasar adalah benda-benda dari tanah liat. Pembuat
barang-barang tanah liat atau gerabah dalam sumber tertulis disebut mangdyun.
A.Steinmann,1934, “De
op Boroboedoer Afgebeelde Plantenwereld”, TBG 74:581-612.
Paul Wheatley,1959, “Geographical
Notes some Commodities involved in Sung Maritime Trade”, dalam JMBRAS, vol.32,
Singapore.
Titi Surti Nastiti,2003,Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-XI Masehi, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Cincin dengan mata batu alam, abad ke-14 M http://wilwatiktamuseum.files.wordpress.com/2012/01/cincin-majapahit-05.jpg |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar