Vernika Hapri
Prasasti logam tidak seperti
prasasti batu yang hanya dikeluarkan satu setiap ada keputusan dari seorang
raja. Prasasti logam yang umumnya terbuat dari tembaga ini berjumlah beberapa
lembar lempeng bahkan puluhan. Hal tersebut dikarenakan media lempeng yang
terbatas untuk menulis. Namun berkat hadirnya prasasti logam ini, kekreatifan
para citralekha pun kian terbuka
luas, dengan disisipkannya nomor lempeng untuk menentukan urutan pembacaan
lempengnya, keahlian seni ukir aksara yang kian diperindah, adanya berbagai
media tulis seperti perunggu, tembaga dan emas, serta hiasan atau ukiran gambar
yang dipahatkan pada lempeng prasasti. Ukuran lempeng prasasti umumnya berkisar
40 x 30 cm atau lebih kecil 1)
yang memuat dari empat baris hingga kurang lebih sepuluh baris tulisan, bahkan
ada yang lebih. Ditulis umumnya dikedua
sisi (recto dan verso).
prasasti tembaga |
prasasti emas |
prasasti perunggu |
Beberapa prasasti lempeng juga
digunakan sebagai prasasti tinulad
(turunan) yaitu prasasti yang pernah dibuat dan ditulis kembali pada saat yang
berbeda dengan beberapa perubahan. Umumnya berisi penetapan sima seperti prasasti batu, juga tentang
keputusan peradilan (jayapatra) 2).
Di India prasasti logam juga
terdiri atas puluhan lempeng, namun mereka dikaitkan dengan satu cincin besar
yang diatas cincin itu terdapat cap kerajaan yang mengeluarkan prasasti
tersebut. Hal ini tidak ditemukan di Indonesia (mungkin belum ditemukan), hanya
saja telah diketahui pasti bahwa ada beberapa prasasti yang terdapat lubang
kecil di pinggirannya. Kemungkinan lubang tersebut merupakan tempat kaitan
prasasti. Belum ditemukannya kaitan prasasti di Indonesia karena kemungkinan
bahan kaitan tersebut beruapa bahan yang mudah rapuh. Di India, bahan kaitan
prasasti juga sama seperti bahan pembuatan prasasti. Contoh terkenal adalah
prasasti Tiruvalankadu masa pemerintahan Raja Rajendra Chola I.
Prasasti Tiruvalankadu ditemukan
dalam jumlah 57 lempeng dengan dua kaitan berstempel. Ke-57 lempeng tersebut
terbagi atas tiga kelompok, yaitu kelompok I yang terdiri atas tiga lempeng
berisi kalimat berbahasa Sansekerta, kelompok II terdiri atas 22 lempeng berisi
atas anugrah raja di Tamil umumnya dan kelompok III terdiri atas 33 lempeng
berisi para peyumbang dana dari kaum Brahmana, candi-candi yang dibuat serta
pelayanan lainnya. Kelompok I berat 3 lempeng mencapai 3,4 kg dengan ukuran
masing-masing lempeng 42x24 cm dengan tebal 0,13 cm. Kelompok II berat 22
lempang mencapai 34,07 kg dengan ukuran masing-masing lempeng 42 x 22,9 cm dan
35 x 22,9 cm dengan ketebalan 0,13 cm. Kelompok III berat 32 lempeng mencapai
44,70 kg, ukuran lempeng berbeda-beda mulai dari 41,4 x 22,9 cm, 40,7 x 20,3
cm, dan 38,6 x 21 cm dengan ketebalan antara 0,1-0,5 cm. Sedangkan berat
keseluruhan kaitan yang berbentuk cincin besar beserta stempel mencapai 7,5 kg
dengan diameter stempel 18 cm 3).
prasasti Karandai/Tiruvalankadu cincin kaitan dengan beberapa lempeng logam prasasti (foto: Emmanuel Francis) |
(bagian atas) lambang raja pada cincin kaitan prasasti Karandai/Tiruvalankadu (foto: Emmanuel Francis) |
Stempel tersebut terdiri atas
beberapa gambar yaitu harimau Chōḷa yang sedang mengaum (membuka mulutnya)
sambil duduk, dibelakangnya terdapat tiang lampu, panji (bendera), belati dengan ujung menancap tanah dan galah,
didepannya terdapat sepasang ikan (lambang Pāṇḍya) yang membelakangi tiang
lampu, panji, belati dan galah,
diatas keduanya terdapat payung (chhatra)
yang diapit sabetan lalat (chauri),
dibawah keduanya (kanan ke kiri) terdapat swastika,
babi hutan, kursi yang sangat mungkin adalah singgasana dan gendang. Babi hutan
merupakan lambang Chālukya. Lambang tersebut dibingkai dengan lingkaran yang
disisipi tulisan yang melingkari stempel berbunyi:
Rājad-rājanya-makuṭa-śrēṇi-ratnēshu
śāsanam
ētad-Rājēndra-chōḷasya
Parakēsarivarmmaṇaḥ 4)
“ini adalah keputusan
Parakēsarivarmman Rājēndrachōḷa (yang lahir) dalam kilauan permata dari
keturunan mahkota kerajaan”
Di Indonesia memang jarang
ditemukan lubang pada prasasti seperti kebanyakan yang ada pada prasasti logam
di India. Beberapa contohnya ialah prasasti E.14 yang kini disimpan di Museum
Nasional yang berasal dari daerah Temanggung, Jawa Tengah, dibagian tengah atas
ada lubang kecil 5). Kemudian prasasti E.18 yaitu
prasasti Landa (Kwak V/Mulak IV) yang kini disimpan di Museum Nasional yang
berasal dari desa Ngabean, Magelang yang dibagian pinggir kiri ada lubang kecil
6).
prasasti Pamintihan (foto: Arlo Griffiths) |
Sedangkan prasasti logam yang
berhias pun jarang ditemukan, hanya beberapa prasasti logam saja seperti
prasasti Marinci (E.49) yang kini disimpan di Museum Nasional berasal dari desa
Princi, Malang dengan hiasan Garuḍa?
Atau kakak tua? 7). Prasasti Pamintihan (E.88a) yang
kini disimpan di Museum Nasional dari desa Sendang Sedati, Bojonegoro di
lempeng pertama terdapat ukiran seekor burung yang sedang terbang mengembangkan
sayapnya, diatas pohon yang penuh buah dan untaian bunga. Pohon ini tumbuh dari
sebuah jambangan besar berbentuk bunga teratai yang sedang mekar 8).
Di India Selatan di daerah
Chennai ditemukan prasasti yang berukirkan babi hutan yang merupakan lambang raja Chālukya, juga
prasasti logam Mainamati yang terpengaruh Bengal pun ditemukan ukiran hiasan
sapi berpunuk. Kesimpulan yang dapat diambil ialah walaupun kebudayaan India
sangat berpengaruh besar terhadap masa Indonesia kuno, namun kebudayaan
Indonesia kuna masih menyisakan ciri-ciri pembeda antara Indonesia dan India,
baik aksara, ragam prasasi logam, serta hiasan pada prasasti.
prasasti Mainamati (foto: Arlo Griffiths) |
prasasti Chennai, India Selatan (foto: Emmanuel Francis) |
Catatan:
1) berdasarkan beragam ukuran
prasasti logam dalam buku Prasasti
Koleksi Museum Nasional, jilid I.
2). Prasasti Koleksi Museum
Nasional, hlm: 52.
3). K.G.Krishnan, 1984: 1-3
4) --, hlm: 4-5
5)--, hlm: 56
7). --, hlm: 111
8). __-, hlm: 179
Daftar
Acuan:
K.G.Krishnan, 1984. Karandai
Tamil Sangam Plates of Rajendrachola I. New Delhi: Archaeological Survey of
India.
Museum Nasional, 1986. Prasasti
Koleksi Museum Nasional, jilid I. Proyek Pengembangan Museum Nasional.
Prasasti itu juga ditemukan bentuk lubang yang beragam dan lubang dipinggirannya
BalasHapus