Hasan Muarif Ambary
Kaligrafi Islam di tanah asalnya memiliki akar sejarah tradisi menulis indah dari bangsa Arab yang dikenal dengan sebutan khat yang merupakan manifestasi dari makna kata kaligrafi (kaligraphia:tulisan indah). Dengan demikian, epigrafi Islam di Indonesia memperlihatkan ciri normatif yang dalam wujud fisik kultur yang membawa serta perwujudan tradisi dan budaya lokal nusantara. Ciri kenusantaraan epigrafi Islam Indonesia tetap masih memiliki ciri seni Islam yang memiliki ketinggian estetika dan bersifat Islamiyah (Ambary,1991:2).
Epigrafi Islam sebagai Produk Budaya
Epigrafi, termasuk di dalamnya epigrafi Islam, merupakan bagian penting dari studi arkeologi, karena arkeologi merupakan disiplin yang mempelajari budaya masa lampau. Dengan objek arkeologi tersebut, kita mewarisi seluruh peninggalan budaya material dari masa lampau. Saat menerawang makna kebudayaan, AL-Faruqi memilih jargon yang lebih khusus. Ia memaknai kebudayaan sebagai adab yang dalam tradisi kebudayaan Islam berarti husna yang berarti keindahan dan kebaikan perkataan,sikap,dan perbuatan (Al-Faruqi,1989;Ambary,1993:3).
Epigrafi Islam melalui Kajian Arkeologi
Hasil penelitian epigrafi dapat menunjukkan signifikansi kehadiran Islam di Indonesia, yakni bukti tulisan di berbagai media (benda). Yang memiliki atribut kuat ialah yang beraksara atau berhuruf Arab. Bahasanya dapat berupa bahasa Arab, Melayu, Jawa, dan Sunda.
Salah satu objek epigrafi ialah kaligrafi. Dalam hal ini, tentu saja yang dimaksud adalah kaligrafi Islam, yang merupakan:
A. Seni dalam kesenian Islam
B. Puncak kesenian Islam yang mencerminkannya spiritual Islami dan
C. Pusat ekspresi seni Islam
Penulisan kaligrafi Islam, khususnya pada abad ke-10 Masehi, sangat beragam. Gaya khofifah, yang semula tampak kaku, kemudian menjadi semakin luntur dan ornamentasinya, meskipun tetap angular. Akan halnya bentuk tulisan kuratif (miring), terdapat berbagai gaya seperti sulis, naskhi, muhaqqaq, raihani, riqa dan tuai. Pada masa berikutnya, gaya riqa dan tuai tidak tampak lagi digunakan.
Kaligrafi Islam Indonesia sebagai elemen epigrafi Islam Indonesia telah menjadi alat seniman Indonesia untuk memperlihatkan keindahan huruf Perso-Arabic yang dimanisfestai sebagai media. Pada umumnya isi kaligrafi merupakan kutipan ayat Al-Quran yang diwujudkan pada media arsitektur dan dekoratif. Salah satu bentuk atau gaya yang paling kuno dalam kaligrafi Islam di Nusantara adalah gaya khufiqe. Bentuk gaya ini umumnya terdapat pada makam kuno. Model tulisan yang lebih lazim dan ditemukan cukup banyak yaitu tulisan gaya naskhi.
Bukti epigrafis pada kurun pertumbuhan Islam di Indonesia memperlihatkan kepada kita konfigurasi data bagaimana Islam merambah wilayah Nusantara. Bukti tersebut dibedakan dalam dua kategori:
Kaligrafi Islam dari Makam Kuno
Bukti epigrafis pada kurun pertumbuhan Islam di Indonesia memperlihatkan kepada kita konfigurasi data bagaimana Islam merambah wilayah Nusantara. Bukti tersebut dibedakan dalam dua kategori:
- masing-masing memperlihatkan anasir kebudayaan asing
- merupakan perkembangan kreativitas lokal
Kaligrafi Islam dari Makam Kuno
- Makam Fatimah binti Maimun
terletak di Desa Leran, sebelah barat kota Gresik. Dari bukti ini data pertanggalan pada batu nisannya 475 H (1082 M) yang merupakanpeninggalan Islam tertua di Nusantara. Satu-satunya peninggalan lain yang sama tuanya dan bertulis saya Kufi yaitu makam yang terletak di Pandurangga (Panrang), sekarang masuk wilayah Vietnam. Bukti-bukti lainnya hanya sebatas catatan perjalanan para musafir muslim ke Asia Tenggara yang pada umumnya pada abad ke-8-ke-9 Masehi (Wheatly,1961).
- Makam Maulana Malik Ibrahim
- Makam Nahrisyah di Pasai
Setelah memperhatikan bahan batu nisan serta tulisan gaya Kufi yang tertera di ketiga makam tersebut dapat dipastikan bahwa nisan-nisan tersebut diimpor dari Cambay. Demikian perkembangan tulisan gaya Kufi yang mengalami perkembangan gya dari abad ke-11-ke-15 M.
Makam Nahrisyah, Aceh |
Makam Maulana Malik Ibrahim, Gresik |
Makam Kuno Abad XIII-XVII M
- Makam Tuhar Amisuri di Barus
makam ini terletak di pusat kota tua Barus, di kompleks makam Kedai Gadang. Tercantum nama Siti Tuhar (Tuhar Amisuri) yang wafat pada 620 H (1206). Penggunaan sayyidah pada namanya dapat ditafsirkan bahwa dia berasal dari Arab. Memang tidak ada petunjuk adanya dinasti raja-raja Islam pada abad itu di Barus, namun hal tersebut membuktikan pernah ada kelompok Islam di daerah tersebut. Batu nisan dan jirat makam terbuat dari batu andesit.
- Makam Malik As-Saleh
makam ini terbuat dari andesit. Jiratnya sudah rusak namun nisan masih dalam keadaan baik. Tercantum nama Malik As-Saleh yang wafat pada Ramadhan 696 H (1297 M). Dalam hikayat Raja-Raja Pasai, beliau dikenal sebagai raja pertama kerajaan Samudera Pasai.
- Makam Malik al-Zahir
sultan Malik al-Zahir wafat pada 1326 M. Makam bersebelahan dengan Malik as-Saleh dan dibuat dari granit hitam. Bahan ini tidak lazim digunakan dan bentuk tulisannya pun kasar. Patut dipertanyakan apakah nisan itu merupakan salinan setelah nisan aslinya hilang. Namanya tercantum dalam Hikayat Raja-Raja Pasai yaitu putra dan pengganti Malik as-Saleh.
- Makam Kuno di Troloyo
di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto terdapat kompleks makam kuno Islam yang berjumlah kira-kira sepuluh makam berpahatkan prasasti bahasa Arab. Diantaranya adalah makam Zainuddin yang wafat 847 H. Selain kaligrafi Arab dan tulisan lokal Jawa, umumnya memuat pola hias yang dikenal dengan sebutan Sinar Majapahit. Pola hias yang dipahatkan pada batu nisan berpola sudut enam atau sudut 12 ini menyebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah pada periode kemudian (Damais,1957:353-415).
- Makam Raja Ternate
Ada dua kompleks makam raja, yaitu di kaki bukit yang disebut Foramadyahe dan di dekat Masjid Agung kerajaan di pusat kota. Sultan yang dimakamkan di Foramadyahe ialah Sultan Baabullah dan Sultan Khairun dari pertengahan abad ke-17 M dan yang dimakamkan di dekat Masjid Agung adalah yang memerintah abad ke-18-19 M yang diperkaya dengan kaligrafi Arab dan pola hias daun-daunan. Kuburan tertua di daerah Masjid Agung adalah makam Sultan Ternate Silajl Muluk Amiruddin Iskandar Qaulaen yang wafat pada hari sabtu 10 Syawal 1213 H (13 Maret 1799 M). Kaligrafi Arab umumnya dituliskan dengan gaya Naskhi diperkaya rangkaian hiasan daun-daunan yang menggambarkan pohon dengan cabang dan daunnya yang rindang.
- Makam Kuno Sultan Tidore
Walau tidak sebanyak Ternate, di Pulau Tidore di kota Soasio terdapat makam sultan Tidore. Ada dua kategori yaitu berbentuk polos tanpa pola hias dan juga berhias, termasuk kaligrafi Arab. Diantaranya yaitu makam Sultan Muhammad Tahir Pola Ijo, tidak tertera tanggal lahirnya. Namun dari sumber tertulis didapatkan keterangan jika ia wafat pada 1811 M.
Makam Malik As Saleh |
Makam Malik Az Zahir |
Perkembangan Seni Kriya dalam Epigrafi Islam Abad XVII-XX M
Pada umumnya data epigrafi Islam merupakan necropolis (tempat pemakaman raja). Selain sumber kaligrafi pada makam dapat juga dijumpai dalam berbagai media, seperti kertas, kaca, logam, dll. Hal lain yang diamati adalah Al-Quran kuno yang ditulis pada kertas. Umumnya pemakaian bahan untuk menulis ada dua macam, yakni deluwang yang berasal dari produksi lokal, sedang bahan kertasnya impor. Kertas mulai digunakan di nusantara pada akhir abad ke-16 M.
Dari segi kreasi seniman kaligrafi abad ke-17 M dan sesudahnya, ada kecenderungan dari para seniman untuk melukiskan gambaran mahkluk bahkan wujud manusia antromorpik, walaupun masih dalam bentuk yang masih tersamar pada media kayu dan kaca umumnya muncul abad ke-17 M. Karya seperti ini banyak di temukan pada produk keraton Cirebon, Yogyakarta, Surakarta dan tempat lain. Para seniman mewujudkan karyanya sebagai produk lukisan seperti perwujudan antromorpik, walaupun konsepnya merupakan kaligrafi yang hurufnya disusun sedemikian rupa sehingga berwujud seperti mahkluk.
Dalam karya kaligrafis yang kontemporer ini, yang dihasilkan dalam panel kayu maupun kaca atau bahan lain, motif faun-daunan tetap dominan sebagai unsur atau motif utama. Demikian pula dengan ilmu ukur. Kedua motif pertama tersebut diperkaya dengan design kaligrafi berupa huruf atau kata, bahkan kalimat lengkap ataupun huruf yang telah digayakan dalam motif daun dan bentuk mahkluk antromorpik.
Pada abad ke-17-20 M menggunakan media wayang sebagai objek. Wayang tersebut merupakan perwujudan mahkluk yang digambarkan secara tersamar dalam bentuk kaligrafi Arab. Pada abad ke-18-19 M orientasi beralih dari keraton ke pesantren ketika peran elite birokrat dan kerajaan mulai hilang kekuasaan. Tema kaligrafi kembali ke-sufisme yang mereka wujudkan dalam suasana hutan dengan segala isinya juga perwujudan dalam bentuk mahkluk antromorpik.. Dalam perkembangan kaligrafi modern muncul gejala baru, yaknii karya kaligrafis yang dituangkan pada media kayu atau bahan kain yang menggambarkan beberapa Al-Quran atau hadits berupa untaian huruf yang hanya si seniman sendirilah yang dapat menerangkannya (abstrak). Kemudian media penting yang berkembang kemudian adalah kaligrafi bangunan masjid. Ketika arsitektur masjid bergaya Timur Tengah atau Moghul muncul (abad ke-17- akhir abad ke-19 M), kaligrafi Arab mulai memperkaya hiasan masjid.
Dari huruf yang berkembang melalui telaag kaligrafi ini, huruf kufi berkembang lebih dahulu dan umumnya diperkenalkan dengan mendatangkan nisan makam atau kubur dari Cambay, Gujarat, sejak abad ke-11 M. Jenis lain seperti naskhi dan beberapa gaya huruf berkembang juga dan digunakan dalam berbagai media seperti batu, kaca, logam, kayu dan kertas.
Dalam perkembangannya, karya kaligrafi baik yang dihasilkan oleh seniman istana maupun luar istana, berhasil menyerap unsur budaya setempat dan diwujudkan dalam karya kaligrafi. Munculah kaligrafi berupa karya dengan motif wayang. Unsur antromorpik mereka wujudkan dalam bentuk pseudo-antromorpik yang di stilir (disamarkan).
Daftar Pustaka:
Al-Faruqi, Ismail.R
1989 Islam dan Kebudayaan (terjemahan), Bandung: Mizan
Ambary, Hasan Muarif
1991 Kaligrafi Islam Indonesia, Dimensi dan Signifikansinya dari Kajian Arkeologi, jakarta:
Puslitarkenas.
1995 "Some notes on the Discovery of the Archaeological Evidence at Ternate," Aspects of
Indonesian Archaeology, No.10.
Wheatly,Paul
The Golden Khersonese, Kuala Lumpur: University of Malay Press.
SUMBER:
Hasan Muarif Ambary
2012 "Epigrafi Islam di Indonesia: Kajian Berdasarkan Data Arkeologi", dalam Aksara dan Makna : Membaca dan Mengungkap Kearifan Masa Lalu, Machi Suhadi (Ed.),hlm: 205-218, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Macan Ali di Museum Kasepuhan Cirebon |
Banteng Windu,, Cirebon |
Dalam karya kaligrafis yang kontemporer ini, yang dihasilkan dalam panel kayu maupun kaca atau bahan lain, motif faun-daunan tetap dominan sebagai unsur atau motif utama. Demikian pula dengan ilmu ukur. Kedua motif pertama tersebut diperkaya dengan design kaligrafi berupa huruf atau kata, bahkan kalimat lengkap ataupun huruf yang telah digayakan dalam motif daun dan bentuk mahkluk antromorpik.
Pada abad ke-17-20 M menggunakan media wayang sebagai objek. Wayang tersebut merupakan perwujudan mahkluk yang digambarkan secara tersamar dalam bentuk kaligrafi Arab. Pada abad ke-18-19 M orientasi beralih dari keraton ke pesantren ketika peran elite birokrat dan kerajaan mulai hilang kekuasaan. Tema kaligrafi kembali ke-sufisme yang mereka wujudkan dalam suasana hutan dengan segala isinya juga perwujudan dalam bentuk mahkluk antromorpik.. Dalam perkembangan kaligrafi modern muncul gejala baru, yaknii karya kaligrafis yang dituangkan pada media kayu atau bahan kain yang menggambarkan beberapa Al-Quran atau hadits berupa untaian huruf yang hanya si seniman sendirilah yang dapat menerangkannya (abstrak). Kemudian media penting yang berkembang kemudian adalah kaligrafi bangunan masjid. Ketika arsitektur masjid bergaya Timur Tengah atau Moghul muncul (abad ke-17- akhir abad ke-19 M), kaligrafi Arab mulai memperkaya hiasan masjid.
lukisan kaligrafi abstrak Amri Yahya |
Masjid Raya Baitul Rahman, Aceh |
Dalam perkembangannya, karya kaligrafi baik yang dihasilkan oleh seniman istana maupun luar istana, berhasil menyerap unsur budaya setempat dan diwujudkan dalam karya kaligrafi. Munculah kaligrafi berupa karya dengan motif wayang. Unsur antromorpik mereka wujudkan dalam bentuk pseudo-antromorpik yang di stilir (disamarkan).
Daftar Pustaka:
Al-Faruqi, Ismail.R
1989 Islam dan Kebudayaan (terjemahan), Bandung: Mizan
Ambary, Hasan Muarif
1991 Kaligrafi Islam Indonesia, Dimensi dan Signifikansinya dari Kajian Arkeologi, jakarta:
Puslitarkenas.
1995 "Some notes on the Discovery of the Archaeological Evidence at Ternate," Aspects of
Indonesian Archaeology, No.10.
Wheatly,Paul
The Golden Khersonese, Kuala Lumpur: University of Malay Press.
SUMBER:
Hasan Muarif Ambary
2012 "Epigrafi Islam di Indonesia: Kajian Berdasarkan Data Arkeologi", dalam Aksara dan Makna : Membaca dan Mengungkap Kearifan Masa Lalu, Machi Suhadi (Ed.),hlm: 205-218, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kajian saya mendapati nisan wali diKg Pematang Pasir,Pekan,Pahang adalah yang tertua diNusantara.Ini adalah kerana sebelum itu penduduk Pekan telah menganut Islam.Tarikhnya ialah 1028,Masehi.Sila lihat buku-buku saya diFacebook saya ,DrAminudin Abdul Karim.
BalasHapus