Harimurti
Kridalaksana dan Hermina Sutami
Bahasa merupakan sistem
tanda bunyi yang digunakan oleh pemakainya untuk berkomunikasi dan untuk
pelbagai keperluan lainnya [bahasa lisan]. Bahasa juga memiliki wujud tulis
yang merupakan hasil perkembangan budaya, yakni bahasa tulis. Dengan demikian,
bahasa mempunyai dua wahana untuk mewujudkannya, yaitu bunyi dan tulisan.
Tulisan berada dalam
suatu sistem yang disebut sistem tulisan atau aksara. Gelb (1952:12) mengatakan
bahwa tulisan adalah “a system of human
intercommunication by means of conventional visble marks [..]” atau ‘sebuah
sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan sarana konvensional yang
bersifat visual’. Sebagai sebuah sistem, aksara mencakup aturan menulis, urutan
abjad, cara melafalkan abjad, struktur karakter dan sebagainya.
Asal Mula dan
Perkembangan Aksara
Aksara tidak muncul
dengan sendirinya di muka bumi ini, tetapi diciptakan oleh manusia seiring
dengan berkembangnya kebudayaan. Penemuan atau bukti arkeologislah yang
mendukung pernyataan para ahli tentang asal mula penyebaran, perkembangan dari
aksara yang sudah berumur ribuan tahun.
Masa Praaksara
Bilamana dan oleh siapa
tulisan diciptakan belum diketahui secara pasti karena belum ditemukan bukti
tertulisnya. Dalam masyarakat beredar legenda tentang asal-muasal tulisan.
Penduduk India mempercayai bahwa Ganesha (dewa kebijaksanaan berbentuk gajah)
adalah pencipta tulisan. Diceritakan bahwa ia mematahkan sebuah taringnya untuk
digunakan sebagai alat menulis kitab suci Veda disamping mengajarkan secara
lisan. Masyarakat Mesir percaya bahwa Dewa Thoth menciptakan tulisan untuk Raja
Thamus (Coulmas,1989:5). Pada kedua masyarakat itu timbul anggapan bahwa
penciptaan tulisan berada di luar kemampuan manusia sehingga harus diciptakan
oleh dewa. Hampir sama dengan kedua masyarakat di atas, di Cina beredar legenda
yang mengatakan tulisan diciptakan oleh manusia, bukan dewa. Namun manusia itu
pun bernama Cang Jie-bukan sembarang manusia, melainkan pejabat kaisar. Bahkan,
ada yang mengatakan ia seorang kaisar, hidup sekitar dua abad sebelum Masehi.
Masyarakat Cina percaya bahwa kaisar adalah utusan dewa. Jadi, anggapan ketiga
masyarakat kuno ini tidak jauh berbeda.
Timbulah
pertanyaan,bagaimana manusia kuno mengingat suatu peristiwa. Para peneliti
melakukan penelitian terhadap gambar-gambar di atas batu, batu karang, kayu,
tulang binatang dari suku-suku Timur Tengah, suku-suku Indian di Amerika,
Afrika, Eropa dan Cina. Ternyata gambar-gambar tersebut merekam suatu
peristiwa. Gambar-gambar ini belum dapat disebut tulisan karena tidak merupakan
bagian dari suatu sistem tanda yang konvensional. Gambar itu hanya dimengerti
oleh orang tertentu saja, yaitu si penggambar dan orang-orang di sekitarnya
yang bersama-sama mengalami peristiwa yang dilukiskan dalam gambar tersebut.
Walaupun belum dikategorikan sebagai tulisan, gambar-gambar ini digunakan untuk
berkomunikasi. Gambar-gambar yang digunakan sebagai sarana untuk mengingat
sesuatu dikatakan mempunyai fungsi mneminik (mnemonic function). Di samping gambar, alat pengingat (mnemonic device) lainnya adalah tali
bersimpul, kulit kerang, batu koral, dsb. Benda-benda itulah yang digunakan
masyarakat primitif sebelum mereka mengenal tulisan.
Masa Aksara
Masa ini merupakan
kelanjutan dari masa praaksara. Menurut hasil penelitian, aksara bersumber dari
tiga daerah peradaban dunia, yaitu lembanh Sungai Nil, dua lembah sungai di
Mesopotamia dan lembah Sungai Kuning di Cina. Di Mesopotamia hidup orang
Sumeria dengan aksara pakunya, di lembah sungai Nil hidup orang Mesir dengan
aksara hieroglif dan di lembah Sungai Kuning di Cina hidup suku Han dengan
aksara han. Ketiga akasara tertua di dunia ini diperkirakan sudah ada di dunia
sejak 3.000 tahun lebih sebelum Masehi. Walaupun usia ketiga aksara itu tidak
jauh berbeda, para ahli memperkirakan tidak ada hubungan antara aksara paku,
hieroglif dan aksara han. Hieroglif diperkirakan berasal dari aksara paku
mengingat usianya tidak jauh berbeda. Ketiga aksara ini menurunkan
aksara-aksara yang ada di dunia.
Aksara Paku
Aksara tertua ini
berasal dari Mesopotamia di lembah Sungai Tigris dan Efrat. Aksara paku
berbentuk seperti paku, ditulis di atas tanah liat. Pada awalnya aksara in
berbentuk gambar (piktogram), kemudian berubah bentuk menjadi seperti paku. Aksara
ini digunakan sebagai wahana tulis bahasa Sumeria. Setelah bahasa Sumeria mati,
aksara itu digunakan oleh bahasa Akadia, kemudian bahasa Babilonia, Asiria,
Siria, Elamit, Huria, Persia Tua dan Hittie.
Dokumen pertama yang
ditemukan menggunakan tulisan paku bertanggal sekitar tahun 3000 SM. Demikian
pentingnya aksara tersebut sampai-sampai para ahli astronomi Babilonia masih
menggunakannya sampai pertengahan abad pertama Masehi. Dengan perekonomian dan
perdagangan yang begitu maju, aksara paku menjadi alat penting dalam pencatatan
dokumen jual beli, kontrak, sensus, pajak, kegiatan birokrasi pemerintahan,
dsb. Di bawah ini dapat dilihat perbandingan huruf paku dari berbentuk gambar
(piktogram) sampai berbentuk paku (Coulmas, 1989:74).
Sistem tulisan Sumeria
ini diserap oleh bangsa Persia (600-400 SM), tetapi bukan untuk menggambarkan benda atau gagasan (ideogram),
melainkan untuk menggambarkan suku kata. Dengan demikian aksara ini dari
piktogram dan ideogram berubah menjadi aksara silabis. Di bawah ini bentuk
huruf paku beserta bunyinya di dalam suku kata (Coulmas, 1989:87).
Aksara Hieroglif
Aksara ini berasal dari
Mesir. Contoh hieroglif berbentuk gambar dari suatu benda atau suatu perbuatan
(Coulmas,1989:62).
Perbedaan waktu
kemunculan hieroglif dengan aksara paku tidak terlalu jauh. Diperkirakan
hieroglif berasal dari aksara paku, karena kemudian di Mesir juga berkembang
aksara silabis. Hieroglif Mesir ini menurunkan aksara Semit kuna yang mempunyai
dua cabang: semit utara dan semit selatan. Salah satu anak cabang aksara semit
utara menurunkan aksara fenesia yang ebrsifat silabis, yang digunakan bangsa
Fenesia yang hidup di pantai timur Laut Tengah (sekarang Lebanon). Pada sekitar
tahun 1500 sebelum Masehi, dibuat 22 suku kata dari aksara fenesia. Dalam
sistem itu, setiap tanda melambangkan satu konsonan yang diikuti oleh suatu
vokal.
Aksara fenesia
menurunkan aksara Yunanio yang mempengaruhi timbulnya aksara latin. Aksara
Yunani dan latin masih menunjukkan kemiripannya dengan aksara semit kuna. Beberapa
modifikasi terhadap aksara semit kuna yang bersifat silabis menghasilkan aksara
Yunani yang bersifat alfabetis. Pada aksara Yunani ini satu huruf mewakili satu
konsonan atau vokal. Kemiripan antara huruf Yunani, Latin, dan semit kuna dapat
dengan mudah dikenali dari bentuknya.
Aksara Yunani diserap
oleh orang Romawi yang menghasilkan aksara latin yang juga bersifat alfabetis.
Pada abad-abad pertama Masehi aksara latin menyebar ke seluruh dunia dan sampai
di Indonesia sekitar abad ke-16 M bersamaan dengan penyebaran agama Kristen.
Aksara latin inilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia.
Di samping aksara
fenesia yang menurunkan aksara Yunani, cabang lain dari aksara semit utara
adalah aksara aramea. Aksara ini antara lain menurunkan aksara brahmi yang
mempunyai cabang bernama aksara pallawa yang digunakan di India selatan pada
abad ke-4 M. Aksara pallawa menyebar ke Nusantara bersamaan dengan penyebaran
agama Hindu dan Buddha. Aksara Pallawa berasal dari India selatan dengan
bahasanya bernama Sansekerta. Masuknya bahasa Sansekerta ke Nusantara tampak
dari banyaknya kata serapan dalam bahasa Indonesia. Bagi bahasa daerah,
pengaruh itu tampak di bidang aksaranya. Beberapa bahasa daerah seperti Jawa,
Bali, Batak, Rejang, dan Bugis menggunakan aksara pallawa sebagai wujud bahasa
tulisannya.
Aksara Han
Aksara ketiga yang
menurunkan apa yang kita kenak dengan huruf kanji adalah aksara han. Aksara han
digunakan oleh suku Han (mayoritas penduduk RRC) yang pada masa primitif
mendiami lembah Sungai Kuning. Bukti tertua tentang aksara Han yang berbentuk
gambar (piktogram) ditemukan dekat Distrik An Yang, Provinsi Henan. Tempat ini
diperkirakan merupakan ibu kota Dinasti Shang (tahun 1600-1066 SM). Berdasarkan
bukti tersebut, para ahli memperkirakan bahwa aksara han sudah ada pada Dinasti
Shang, atau bahkan lebih awal lagi, yakni pada Dinasti Xia, sekitar abad ke-21
sebelum Masehi. Legenda tentang pencipta karakter bernama Cang Jie mengatakan
umur karakter han berkisar sekitar 5.000-6.000 tahun yang lalu. Aksara han kuno
ditulis di atas kulit penyu dan tulang lembu. Tulisan pada kedua jenis benda
itu berisi ramalan tentang bencana alam, penentuan baik-buruknya peruntungan,
dsb.
Dalam perkembangan
selanjutnya, aksara han mengalami evolusi dari aksara han kuno yang bentuknya
menyerupai benda yang ditirunya sampai menjadi aksara han yang hanya terdiri
atas guratan-guratan tidak beraturan.
Aksara han tidak
terlepas dari bahasanya, yakni bahasa Han. Bahasa Han menyebar ke negeri
tetangganya. Ini dibuktikan dengan banyaknya kata serapan pada bahasa-bahasa di
sekitarnya, antara lain bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa itu. Namun,
aksara han tidak menyebar ke barat dan selatan, tetapi kearah timur, yakni
Jepang dan Korea. Akan tetapi, Vietnam yang terletak di selatan ternyata juga
menyerap aksaranya.
Aksara ini masuk ke
Jepang sekitar abad ke-5 ketika terjadi kontak budaya dan perdagangan antara
kedua negeri itu (Gelb,1952:159). Namun, menurut legenda Jepang, aksara itu
dibawa oleh sarjana Korea bernama Wani. Bukti yang dapat dipercayai mengatakan
bahwa pada abad ke-7 Masehi, aksara Han sudah digunakan secara luas di Jepang
(Coulmas, 1989:122-123). Setelah diserap oleh orang Jepang, aksara itu berubah
nama menjadi kanji.
Kalau di Cina karakter
han merupakan satu-satunya aksara yang digunakan dalam tulis-menulis, Jepang
masih memiliki dua aksara lain yang juga berasal dari Cina, yakni katakana dan
hiragana. Kedua aksara ini juga berasal dari Cina dan bersifat silabis.
Katakana berasal dari bagian karakter han jenis kaishu ‘aksara baku’ dalam
bentuk rumit yang juga ditemukan pada masa sekarang di Taiwan. Adapun katakana
digunakan untuk menuliskan nama-nama asing ke dalam bahasa Jepang. Hiragana
berasal dari akasara Han jenis caoshu ‘aksara rumput’ yang secara sekilas
tampak seperti rumput ilalang dan biasa digunakan pada kaligrafi.
Aksara Han menyebar
terus ke timur ke arah Korea pada abad ke-7 M. Di Korea nama aksara han berubah
menjadi hanja. Di samping itu Korea masih memiliki aksara berupa abjad latin
yang dinamakan han’gul. Aksara han juga menyebar ke tenggara negara Vietnam. Di
negeri itu aksara han diberi nama Chu nom.
Dokumen yang ditemukan menyebutkan bahwa sejak tahun 1343 dokumen ditulis
dengan menggunakan aksara han (Coulmas, 1989:113-135).
Acuan:
Florian Coulmas,1989. The Writing Systems of the World.
Oxford: Basil Blackwell.
I.J.Gelb,1952. A Study of Writing: The Foundations of
Grammatology. London: Routledge and Kegan Paul, Ltd.
Kushartanti (et.al) (peny.), 2005.
Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: GPU.
hlm: 65-87.