Rabu, 06 November 2013

Makanan dan Minuman dalam Prasasti Abad 9-10 Masehi

Anita Swandayani

Sumber data diambil dari beberapa prasasti yang bertemakan penetapan sima, yaitu prasasti Taji 901 M, prasasti Paṅgumulan 902 M, prasasti Watukura I 902 M, prasasti Mantyasih I 907 M, prasasti Mantyasih III, prasasti Rukam 907 M, prasasti Lintakan 918 M, prasasti Saŋguran 928 M, prasasti Guluŋ guluŋ 929 M, prasasti Jeru jeru 930 M, prasasti Alasantan 939 M, dan prasasti Paradah 943 M.

Prasasti Taji 901 M, berisi hidangan yang disediakan untuk para hadirin mencapai 57 karung beras, 6 ekor kerbau, 100 ayam. Hidangan yang lain berupa aneka makanan yang diasinkan, daging asin yang dikeringkan, ikan kaḍiwas, ikan gurame, biluŋluŋ, telur dan rumahan. Untuk minum disuguhkan berbagai macam tuak yang berasal dari jnu, bunga campaga, bunga pandan dan bunga karamān.

Prasasti Paṅgumulan 902 M, berisi hidangan yang disediakan pada waktu upacara penetapan sima di desa Paṅgumulan, adalah nasi matiman, bertumpuk/banyak sekali makanan yang diasinkan, ikan kakap dan ikan kadawas yang dikeringkan, rumahan, layar-layar, udang, hala hala dan telur. Untuk dijadikan sayur disediakan dua ekor kerbau dan seekor kambing. Selain itu ada juga amwil lamwil, kasyan, kwĕlan yang dipiṅkā, dan sayuran yang berupa rumwarumwah, sayuran lalap matang, ḍuḍutan, tetis. Minuman keras yang disediakan adalah tuak, siddhu, yang lain adalah jātirasa dan air kelapa.

Prasasti Watukura I 902 M, memberikan keterangan bahwa semua yang hadir pada waktu upacara penetapan sima di desa Watukura disuguhi berbagai macam hidangan seperti ambil ambil, kasyan, let let, tahulan, ikan wagalan, haryyas, sayuran lalap matang, suṇḍa, rumbah, haraŋ haraŋ, ikan kakap kering, ikan kaḍiwas, tenggiri, cumi-cumi, udang dan biluŋluŋ. Sedang minuman yang disediakan adalah pāṇa, siddhu, mastawa, kiñca, kilaŋ, dan tuak.

Prasasti Mantyasih I 907 M, memberikan keterangan bahwa hidangan yang disediakan berupa masakan (dari daging) kerbau, babi, kijang dan kambing. Selain itu ada juga bermacam-macam makanan enak seperti haraŋ haraŋ, daging asin, daging hañaŋ, daging taruŋ serta udang, hala hala dan telur.

Prasasti Mantyasih III, berisikan keterangan berupa masakan (dari daging) kerbau, babi, kijang dan kambing dan berbagai macam haraŋ haraŋ.

Prasasti Rukam 907 M, memberikan keterangan mengenai hidangan yang disediakan pada upacara penetapan sima di desa Rukam berupa nasi paripūrṇna timan, melimpah ruah masakan haraŋ haraŋ, ikan kakap kering, ikan kadiwas, ikan ḍuri, daging hañaŋ yang dikeringkan, ikan gurame, rumahan, layar layar, hala hala, udang, dlag (ikan gabus) yang digoreng dengan telur, dan kepiting. Ada juga sayur yang terbuat dari daging kerbau, sapi dan babi. Semua makan yang disukai dibuat masakan serba lezat. Ada amwil amwil, atah atah, kasya kasyan, saṅasaṅān, ḍalamman, hinaryyasan, rumwarumwah, sayuran lalap matang, ḍuḍutan dan tetis. Minuman yang tersedia ialah tuak, siddhū, ciñca.

Prasasti Lintakan 919 M, keterangan mengenai makanan tidak di dapat, namun minuman yang tersedia berupa tuak, siddhu dan ciñca.

Prasasti Saŋguran 928 M, terdapat hidangan berupa nasi ḍaṇḍanani hiniru, ambilambil, kasyan, lit lit, masakan ranak, sangasangān, āryya, rumbarumbah, sayuran lalap matang, tetis, berlimpah ruah daging asin, bilunglung, ikan kaḍiwas, udang, ikan gurame, layalayar, halahala dan telur yang dikeringkan. Selain itu masih ada sejumlah makanan atatmipihan dan sayur yang tidak diketahui bahan utamanya. Untuk minuman, disediakan siddhu, ciñca, kila. Pada prasasti ini diketahui juga bahwa selain makanan utama, para hadirin diberikan pula tambul dan dodol.

Prasasti Guluŋ guluŋ 929 M, bagian yang dapat diketahui hanya berupa nasi paripurṇna.

Prasasti Jeru jeru 930 M, dalam prasasti ini dapat diketahui bahwa hidangan upacara penetapan sima di desa Jeru jeru saat itu diletakkan di atas daun kawung (daun pohon enau). Hidangannya berupa nasi paripūrṇna, sangkab, wulu, kaṇḍari, ikan kaḍiwas, daging asin, daging..., slar, capacapa, rumahan, udang, bilulung, halahala, telur yang dikeringkan dan wuluninggangan (wulu yang dibuat sayur). Selain itu ada juga masakan kasyan dengan rasa manis, tĕwangān, masakan ranak, alap alap, sayuran lalap matang, tetis dan tambul. Minuman yang disuguhkan tidak diketahui.

Prasasti Alasantan 939 M, hidangan yang tersedia berupa dandanan hinirusan, masakan ambilambil, lit lit, masakan ranak, sangasangān, haryyas, rumbarumbah, sayuran lalap matang, tetis, melimpah ruah daging hañaṅ, daging asin, ikan kakap, udang, bijañjan, ikan kadiwas, ikan gurame, layarlayar, halahala, telur yang dikeringkan, sunda, masakan atak pīhan, daging kerbau, berbagai macam ikan termasuk ikan praṅ paṅ paṅ, daging kijang, babi dan angsa. Minuman yang tersedia adalah siddhu, tuak dan kilaṅ, kemudian diberi hidangan tambul yang diañjap, kura, wuku, rih, hasam dan dodol.

Prasasti Paradah 943 M, dalam upacara penetapan sima desa Paradah menikmati hidangan berupa nasi dākdannan linirusan, masakan ambilambil, kasyan, lidlid, waragalan, rumbarumbah, sayuran lalap matang, tetis, daging hañaŋ, daging asin, ikan kakap, rumahan, ikan kadiwas dan ikan gurame. Selain itu ada juga hidangan berupa masakan udang, kepiting, bilulung, layarlayar, halahala, telur yang dikeringkan, suṇḍa, atak pīhan, tahulan, dan sīnangannan, haryya, sayur, berbagai macam ikan dan daging kijang. Minuman yang tersedia berupa siddhu, ciñca, dan tuak. Kemudian diberikan hidangan tambul yang diañjap, kura, wuku, rima, asam dan dodol, kemudian memakan rujak setelah memakai bunga dan jnu.

Haryyas/hinaryyasan/āryya : sayur dari batang pisang
Atah atah/ḍuḍutan: lalap mentah
Kuluban/kulub: lalap matang
Tetis : makanan yang diremas
Rumwarumwah/rumbarumbah: lalapan
Atak pīhan: sejenis kacang-kacangan
Wuku: sejenis biji-bijian
Suṇḍa: akar-akaran/umbi-umbian
Skul/sgu: nasi
Kura/capacapa: kura kura
Hnus: cumi
Huraṅ: udang
Gtam: kepiting
Dlag : ikan gabus
Kawan: ikan gurame
Taṅiri: ikan tenggiri
Tahulan : tulang atau duri ikan
Biluŋluŋ/ bijañjan,halahala,duri,kaḍawas,kaḍiwas,kaṇḍari,layarlayar,prah,rumahan,slar,wagalan: sejenis ikan
Hangsa: angsa
Hayam: ayam
Hantiga/hantrīni/hantlu: telur
Celeṅ/wök: babi
Hadahan/kbo: kerbau
Kidaŋ/knas: kijang
Wḍus: kambing

Minuman biasanya berupa minuman keras, seperti:
Jātirasa, madya, mastawa, pāṇa, siddhu dan tuak/twak
Tuak: hasil sulingan dari semacam gula, selain berasal dari aren/kelapa juga dibuat dari:
Jnu, pandan (puḍak), bunga/skar campaga dan bunga/skar karamān.

Minuman lainnya:
Ciñca/kiñca: air asam jawa
Dūh ni nyūn: air kelapa
Kila/kilaṅ: hasil fermentasi gula tebu

SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA, 1989

5 komentar:

  1. siapa yang bikin SKRIPSI ini dan tahun berapa ?

    BalasHapus
  2. Anita Swandani mba Dian, skripsi tahun 1989

    BalasHapus
  3. Halo Ibu Vernika, saya ingin mempelajari sejarah kuliner Indonesia, kira2 buku apa saja yang dapat dijadikan referensi?
    terima kasih

    BalasHapus
  4. Selamat malam, ibu Vernika Fauzan. Mohon pencerahan. Pada prasasti Kamalagyan, terdapat teks yang berbunyi 'tambak' dan 'dawuhan'. Dawuhan itu sendiri diartikan sebagai bendungan atau dam. Sedangkan 'tambak' apakah perngertiannya sama dengan 'tambak' hari ini?

    BalasHapus