Senin, 18 Februari 2013

Prasasti-Prasasti Pendek di Kompleks Candi Prambanan


Prasasti-Prasasti Pendek di Kompleks Candi Prambanan
Tjahjono Prasodjo, Rani Andrika
(Makalah dipublikasikan dalam acara Seminar Internasional Epigrafi dan Sejarah Kuno Indonesia di FIB UI, 5 Desember 2012)


 Pendahuluan
Prasasti-prasasti pendek ditemukan di beberapa kompleks percandian di Jawa. Salah satu yang paling dikenal adalah prasasti-prasasti pendek dari Kompleks Percandian Plaosan. De Casparis mencatatnya dengan teliti dalam “Berita Purbakala No.4 1). Dalam uraiannya De Casparis menyajikan daftar prasasti pendek di Candi Plaosan Lor yang berjumlah 65 buah, terdiri dari 42 buah dipahatkan pada candi perwara deretan pertama, 7 buah di candi perwara deretan kedua, 10 buah di candi perwara deretan ketiga, 5 buah prasasti pendek pada temuan batu candi lepas, dan satu buah prasasti bercat merah.

Selain di Kompleks Candi Plaosan, di beberapa candi lainnya juga ditemukan prasasti-prasasti pendek, antara lain di Candi Borobudur, Candi Sojiwan, dan Candi Sari 2) Di relief kaki candi Borobudur, pada relief Karmawibhangga ditemukan 35 prasasti pendek berhuruf Jawa Kuno. Sebagian besar prasasti pendek tersebut sudah diidentifikasikan oleh para peneliti, dari 35 prasasti 5 buah tidak dapat terbaca dan 3 buah hanya terbaca sebagian, di samping itu terdapat beberapa interpretasi terhadap isi prasasti tersebut 3). Di Candi Sojiwan ditemukan prasasti pendek “śrī mahārāja” yang ditemukan di dalam bilik candi dan saat ini disimpan di Museum Nasional. Tipe aksara prasasti pendek tersebut dikatakan sebagai tipe aksara yang sama dengan tipe aksara yang diterakan pada prasasti-prasasti pendek Plaosan. Tipe ini disamakan dengan tipe aksara prasasti Karangtengah yang berangka tahun 824 M 4). Prasasti pendek bercat hitam ditemukan dalam bilik Candi Sari. Dalam Oudheidkundig Verslag 1925 dilaporkan sebaran tulisan berwarna hitam di bilik dalam candi. Menurut laporan tersebut bentuk huruf prasasti tidak dapat dipakai untuk menunjukkan tipe tertentu dari perkembangan huruf kuno, namun diduga berisi nama-nama orang walaupun tidak dapat dipastikan secara tepat 5).

Kompleks percandian lain yang memiliki temuan prasasti pendek adalah Kompleks Candi Prambanan. Prasasti pendek yang ditemukan di Candi Prambanan terdiri dari dua jenis prasasti, yaitu prasasti berbahan logam emas (pripih) yang ditemukan di Candi B 6) dan prasasti pendek dicat pada batu (bangunan) candi. Di dalam kompleks percandian ini terdapat lebih dari 130 buah prasasti pendek bercat, baik yang dapat terbaca maupun yang tidak dapat dibaca 7). Kesemua prasasti tersebut ditorehkan ke batu dengan bahan cat, kebanyakan berwarna merah, sedang sebagian kecil berwarna putih atau hitam. Kondisi prasasti saat ini cukup memprihatinkan akibat pengaruh iklim dan tindak konservasi batuan candi, banyak prasasti sudah dalam keadaan memudar sehingga sulit dibaca. Makalah ini berupaya untuk mendokumentasikan prasasti yang masih tersisa atau masih dapat dibaca dan sekaligus membahas ulang keberadaan prasasti tersebut.

Sebaran Prasasti-prasasti Pendek Candi Prambanan dan Transkripsinya
Prasasti-prasasti pendek yang berasal dari Kompleks Candi Prambanan relatif tidak banyak diperhatikan atau diteliti, terutama penelitian secara utuh terhadapnya. N.J. Krom dalam publikasinya di tahun 1923 telah menyinggung keberadaan prasasti-prasasti pendek tersebut 8). Stutterheim dalam Oudheidkundige Aanteekeningen No. XXIX 9) memberitakan adanya sebuah batu di Candi Prambanan yang bertulis “n kanuruḥhan” yang ditulis dengan cat warna putih. Dengan sangat yakin Stutterheim mengemukakan bahwa tulisan tersebut merupakan penggalan dari frasa “rakryān kanuruhan”, sebuah penyebutan nama jabatan di masa Jawa Kuno. Pada tahun 1940 Oudheidkundig Verslag 10) memuat laporan tentang adanya tulisan kuno di dalam bilik Candi Siwa. Tulisan cat berwarna hitam tersebut berbunyi “garjita” yang diartikan “bersemangat /bergembira” dan dari gaya hurufnya diperkirakan berasal bukan dari masa pendirian Candi Prambanan tetapi dari masa Airlangga. De Casparis dalam bukunya“Prasasti Indonesia II” menyatakan bahwa ia telah mencoba meneliti prasasti pendek bercat di Candi Prambanan. Ia menyatakan

“I collected about fifty inscriptions in all, most of which short and very difficult to be read (the paint does not resist the ages as well as the inscriptions cut into the stones).”11 )

De Casparis juga menyinggung mengenai prasasti-prasasti pendek tersebut dalam tulisannya yang lain 12). Selain itu, M. Sukarto K. Armodjo 13) mengemukakan tentang adanya prasasti-prasasti pendek tersebut. Bahkan ia juga telah membaca dua buah prasasti pendek berbunyi “halaran” di dinding tembok pagar Candi Prambanan.

Rani Andrika dalam karya tulis skripsinya 14) membahas aspek paleografis, isi, dan fungsi prasasti-prasasti pendek ini. Dalam proses penelitiannya, telah berhasil dibaca ulang sekitar 65 prasasti pendek yang bercat dan beberapa gambar cat merah yang dilukiskan di berbagai bangunan candi di Kompleks Candi Prambanan. Data yang dikumpulkannya dilengkapi dengan arsip gambar yang diperoleh di Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta yang merupakan salinan dari gambar yang dibuat oleh Dinas Purbakala Seksi Bangunan pada sekitar tahun 1930-an.

Prasasti-prasasti pendek bercat yang masih dapat dikenali pada batu-batu bangunan candi disajikan di bawah ini berdasarkan keletakannya pada tiap bangunan, yaitu pada Candi Siwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, Candi Nandi, Candi Apit Utara, Candi Wahana B, dan pagar halaman pertama Kompleks Candi Prambanan. Seluruh prasasti pendek ditulis dalam aksara Jawa Kuno. Perlu dikemukakan bahwa hampir seluruh prasasti dalam keadaan yang tidak mudah untuk dibaca. Salah satu cara untuk memperjelas kenampakan coretan cat prasasti dilakukan dengan menyiram permukaan batu candi dengan air. Di samping itu, cara lain yang ditempuh adalah dengan memanipulasi tampilan foto prasasti melalui aplikasi pengolah gambar di perangkat computer. Walaupun kedua cara ini cukup membantu dalam memperjelas pembacaan huruf-huruf prasasti, namun diakui bahwa kondisi tulisan cat di atas permukaan batu candi pada hampir seluruh prasasti sangat kabur. Hasil pembacaan yang disajikan di bawah ini diperoleh dalam kondisi seperti yang telah diuraikan di atas.


Di samping pengumpulan data prasasti melalui pembacaan secara langsung di lokasi, diperoleh pula data prasasti dari 5 (lima) buah gambar teknis koleksi arsip Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta 15) Kelima gambar tersebut merupakan salinan dari gambar yang dibuat pada tahun 1932 oleh Dinas Purbakala Prambanan, Seksi Bangunan 16) Berikut ini uraian prasasti-prasasti pendek yang dimuat pada kelima arsip gambar tersebut.

1. “Tj. Lara Djonggrang Prambanan. Steenen met Letterschrift”, digambar pada tanggal 13-8-1932.

Di lembaran ini digambarkan empat buah gambar salinan (faksimili) tulisan Jawa Kuno, dua ditemukan di pagar halaman candi sedangkan dua lainnya pada batu candi temuan lepas. Hasil pembacaan prasasti tersebut adalah “ghyaha”, “lablab”, “i pu lidus”, dan “kaluṅwarak”. Tulisan “lablab” ditorehkan dengan cat putih, merupakan salah satu dari dua prasasti bercat warna putih di Candi Prambanan.

2. “Tj. Lara Djonggrang Prambanan. Steenen met Letterschrift en Ornament met Rood Geschilderd”, digambar pada tanggal 10-9-1932.
Terdapat delapan tulisan kuno yang digambarkan di atas lembaran gambar ini, tiga diantaranya tak terbaca. Kelima tulisan yang terbaca adalah “//duwaŋtanagapudu”,”tuhadha”, “…wa(i) i sgatitadan”, “gata..ba”, dan “wutatan”.

3. “Tj. Lara Djonggrang Prambanan. Steenen met Letterschrift”, digambar pada tanggal 10-10-1932.
Di lembaran ini hanya tercatat tulisan terbaca “gaṭawalaligi…d tira…”, la…t”, dan “…t”.

4. “Tj. Lara Djonggrang Prambanan. Steenen met Letterschrift en Ornament”, digambar pada tanggal 9-11-1932

Lembaran arsip gambar ini berisi 21 gambar prasasti pendek yang ditemukan di Candi Siwa, Wisnu, Candi Perwara, dan temuan lepas.
a. Candi Siwa: “i padapsa”, “gawai i pabhadu”, “mitatawa”, “…w(ai) i pabapsa”, “tawai i magaduŋ”, “bata”, “ga…i pagahyaŋ”, “taturlali”, “hatagapalaŋga”.
b. Candi Wisnu: “tumaŋtuŋ
c. Pagar halaman: “yan”, “ligi”,
d. Temuan lepas: “bawamapaŋ” (bercat warna putih), “baŋ…ga”, “halaŋ”, “parlaḍhupa”, “patarama”, “…laduda”, “i ḍhatar”, “pagu”

5. “Gambar tulisan tulisan kuno dengan tjat di Pertjandian Lara Djonggrang”, tidak ada keterangan kapan gambar aslinya dibuat.

Lembaran ini memuat gambar (faksimili) dari 63 buah prasasti pendek Candi Prambanan. Namun, sayangnya di setiap faksimili tidak mencantumkan lokasi prasastinya. Beberapa faksimili sudah dicantumkan dalam Lembaran-lembaran arsip gambar di atas (gambar no. 1-4), sehingga terjadi beberapa duplikasi faksimili.


Beberapa Catatan tentang Prasasti Pendek Candi Prambanan
Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah prasasti pendek bercat yang ditemukan di Candi Prambanan cukup mengagumkan. Berdasarkan pengamatan saat ini di Candi Prambanan, dicatat sejumlah 133 prasasti 17) dan apabila digabungkan dengan perhitungan prasasti yang dicatat oleh Dinas Purbakala (berdasar lima Lembar Gambar yang telah dibuat) maka jumlah keseluruhan mencapai 222 buah prasasti 18). Dengan jumlah sebesar itu pastilah coretan-coretan tulisan tersebut memaknai sesuatu. Sayang sekali kondisi prasasti-prasasti tersebut dalam keadaan sulit dibaca. Dari 133 buah prasasti yang dijumpai saat ini, yang terbaca sebanyak 50 buah saja, sedangkan yang lain coretan aksaranya sudah sangat kabur, hanya tersisa bekas-bekas coretan cat saja.

Faktor yang menyebabkan coretan aksara cat semakin pudar adalah karena pengaruh iklim, seperti hujan dan sinar matahari yang terus menerus menimpa secara bergantian. Demikian pula adanya pengaruh jamur batu yang hidup dipermukaan batu candi yang dapat menyebabkan pengelupasan cat prasasti. Tindak konservasi yang salah sebenarnya turut pula berperan dalam pengikisan aksara cat tersebut, terutama tindakan pembersihan batu candi yang secara rutin dilakukan dalam rangka pemeliharaan bangunan candi. Apabila petugas pembersihan batu tidak memperhatikan atau menyadari keberadaan prasasti bercat tersebut pastilah dengan mudah coretan prasasti tersebut semakin lama semakin terkikis, dan hal tersebut justru dilakukan oleh tindak konservatif yang seharusnya menyelamatkan data arkeologi. Kasus semakin memudarnya cat prasasti juga ditemukan di candi-candi yang lain yang memiliki prasasti bercat, terutama terlihat jelas di Candi Plaosan Lor. Saat ini tulisan cat merah di menara sudut pagar E3 (sudut Timur Laut) Candi Plaosan Lor sudah memudar, padahal sekitar dua puluh tahun lalu 19) seluruh aksara yang berbunyi “palarhyaŋ” tersebut terlihat sangat jelas.

Kekaburan aksara-aksara prasasti pendek Candi Prambanan menimbulkan kesulitan dalam mengartikan kata-kata prasasti. Banyak kata-kata dalam prasasti tersebut yang terpenggal sebagian sehingga memerlukan waktu yang lama untuk menduga-duga keutuhan kata atau frasa yang sebenarnya dan bahkan sama sekali tidak dapat diartikan. Tulisan yang paling cepat ditangkap artinya adalah tulisan kata yang berkaitan dengan nama jabatan. Beberapa nama jabatan yang dituliskan adalah pikatan, kanuruḥhan, kaluŋwarak, maḍaṇḍar, lablab, halaran, tumuŋtuŋ, dan awaju 20) De Casparis 21)  menyebutkan pula jabatan sirikan, tetapi baik pengamatan di Candi Prambanan saat ini maupun catatan yang dibuat oleh Dinas Purbakala pada tahun 1932 tidak ada penulisan nama ini. Kemungkinannya adalah bahwa tulisan sirikan ini sudah hilang atau memang tidak ada sama sekali.

Keberadaan nama-nama jabatan tersebut di atas sering dikaitkan dengan pembangunan Candi Prambanan. Pejabat-pejabat yang disebutkan dalam prasasti tersebut merupakan pejabat yang berperan aktif ikut berkontribusi dalam pembangunan Candi Prambanan 22). Interpretasi ini selalu ditarik dari analogi dengan pembangunan Candi Plaosan Lor yang mempunyai prasasti-prasasti pendek yang juga menyebutkan nama-nama jabatan 23). Perbedaannya terletak bahwa di Plaosan Lor nama jabatan diikuti dengan nama personal dari pejabat tersebut 24), sehingga memudahkan untuk mengidentifikasi lebih rinci tentang tokoh yang disebut, terutama apabila dikaitkan dengan periode pembangunan candi. Seperti juga yang dituliskan dalam prasasti-prasasti pendek Plaosan Lor, beberapa prasasti pendek Candi Prambanan didahului dengan frasa “gawai i”, yaitu “gawai wibamādu”, “gawai i baŋṅan”,”gawai i baŋphagdhā”, “gĕwai i wamadha”25), “gawai (i) ṇalamawa”, “i padapsa”26), “gawai i pabhadu”, “…w(ai) i pabapsa”27), “tawai i magaduŋ”28), “ga…i pagahyaŋ”29), “gawai i dwadan”, “wa i …ta…n sugiḥ”30), dan “gawai i mipagdha”. Sejumlah prasasti dengan awalan “gawai” banyak yang dituliskan dipagar halaman candi 31), sehingga kemungkinan memang banyak kontribusi para pejabat atau penguasa lokal pada pembangunan pagar halaman candi.

Berkaitan dengan aspek paleografi prasasti pendek Candi Prambanan, laporan dalam O.V. 1940 menyatakan bahwa secara paleografis prasasti pendek “garjita” di dalam bilik utama Candi Siwa memiliki tipe aksara dari masa Airlangga 32). Pendapat ini tidaklah benar. Menilik bentuk aksara prasasti pendek Candi Prambanan, terlihat lebih mirip dengan bentuk aksara yang dipahatkan pada prasasti-prasasti abad ke-9 Masehi. Walaupun untuk membandingkannya dengan aksara-aksara yang dipahatkan di atas batu terasa kurang tepat karena adanya perbedaan media dan alat yang dipergunakan untuk menuliskan aksara tersebut. Gaya “coretan” aksara yang dihasilkan oleh pahat batu atau logam dengan kuas tentunya akan berbeda. Namun, apabila diamati secara seksama, aksara yang dihasilkan oleh pahat maupun kuas yang berasal dari periode yang sama akan menghasilkan bentuk dasar aksara yang sama. Tipe aksara prasasti Candi Prambanan memiliki kemiripan dengan tipe aksara prasasti pendek Candi Plaosan Lor 33). Kemiripan tersebut terlihat dalam beberapa aksara, antara lain aksara “ra”, “na”, “ma”, “ta”, “ha”, dan “la”. Beberapa aksara sama-sama mempunyai serif (kuncir) di bagian atas. Jika tipe aksara prasasti Candi Prambanan dapat disamakan dengan tipe aksara prasasti Candi Plaosan, maka dapat dikatakan bahwa secara paleografis prasasti pendek Candi Prambanan berasal tidak lebih dari pertengahan abad 9 Masehi 34).


Penutup
Prasasti-prasasti yang dibuat dengan sapuan kuas tidaklah banyak ditemukan di Indonesia dibandingkan prasasti-prasasti yang dipahatkan di atas logam maupun batu. Prasasti pendek Candi Prambanan yang dikuaskan dengan cat berwarna merah, putih (hanya dua buah prasasti), dan hitam (hanya satu prasasti) masih perlu dianalisis lebih jauh lagi dibandingkan pembahasan yang dikemukakan dalam makalah ini. Permasalahan utama yang masih perlu untuk diperdalam adalah permasalahan yang berkaitan dengan interpretasi isi atau arti deretan kata yang tertulis pada prasasti-prasasti pendek tersebut. Kesulitan utama dalam mengartikan isi prasasti tersebut berkaitan dengan kondisi fisik tulisan itu sendiri yang kebanyakan sudah kabur serta sulit dibaca lagi, baik pudar sebagian maupun keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan analisis yang cermat dengan membuat perkiraan yang tepat terhadap arti maupun susunan kata yang lengkap.


Catatan

1 J.G. De Casparis. 1958. “Short Inscriptions from Tjaṇḍi Plaosan-lor”. Berita Dinas Purbakala No. 4. Jakarta: Dinas Purbakala. Bandingkan dengan: Rina Anggraeni. 1989. Penempatan Prasasti –Prasasti Pendek di Candi-Candi Perwara Percandian Plaosan Lor Kaitannya dengan Tahapan Pembangunannya. Skripsi Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
2 J.G. De Casparis (op.cit., hlm. 12-13) mencatat temuan prasasti pendek terdapat paling tidak di Candi Panataran, Candi Sewu, Candi Mendut, Ratu Baka, Candi Sojiwan, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan.
3 Nandana Chutiwongs. 2009. “The ‘Fruits of Seeing’ from the Hidden Base of Borobudur”. Dalam: Uncovering the Meaning of the Hidden Base of Candi Borobudur. The National Research and Development Centre ofArchaeology, hlm. 280-281. Lihat juga: Chaidir Ashari. 2010. Inskripsi-inskripsi pada Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Kajian Epigrafi. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univesitas Indonesia.
4 J.G De Casparis. 1950. Prasasti Indonesia I. Bandung: Masa Baru, hlm. 118. Lihat juga: Jan Rombout van Blom. 1935. Tjandi Sadjiwan. Leiden: Stenferrt Kroese. 
5 Oudheidkundig Verslag 1925, hlm. 16-17.
6 Herni Pramastuti, dkk. 2007. Pusaka Aksara Yogyakarta Alih Aksara dan Alih Bahasa Prasasti Koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Yogyakarta.
7 Rani Andrika, penulis kedua makalah ini, telah melakukan penelitian prasasti-prasasti pendek di Kompleks Candi Prambanan untuk skripsi sarjananya, berjudul “Prasasti Pendek dan Gambar Bercat pada Kompleks Candi Prambanan (Kajian Paleografis, Isi, dan Fungsi)”, pada tahun 2011.
8  N.J. Krom. 1923. Inleiding tot de Hindoe-Javaansche Kunst. Vol II. ‘s Gravenhage: M. Nijhoff, hlm. 477, 487.
9 Stutterheim, Oudheidkundige Aanteekeningen No. XXIX, Tjandi Lara Djonggrang en Oost-Java, dalam B.K.I., 90 (1933), hlm. 267-270.
10 Oudheidkundig Verslag 1940, hlm. 29 dan foto 11. 
11 J.G. De Casparis. 1956. Prasasti Indonesia II. Selected Inscriptions from the 7th to 9th century A.D. Bandung: Masa Baru, hlm. 310-311.
12 J.G. De Casparis, 1958, loc.cit. dan J.G. De Casparis. 1975. Indonesian Palaeography A History of Writing in Indonesia from the Beginnings to C. A.D. 1500. Leiden: E.J . Brill, hlm.6
13 M.Sukarto K. Atmodjo. 1975. “The pillar inscription of Upit”. Dalam: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 131 (1975), no: 2/3, Leiden, hlm. 251.
14 Rani Andrika, loc.cit. 
15 Pada legenda gambar teknis disebutkan nama lama, yaitu Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta.
16 Kesemua gambar tersebut disalin ulang oleh Ngadiman P. yang dilaksanakan pada tahun anggaran 1999-2000 
17 Bandingkan: Rani Andrika (2011), loc. cit. Berdasarkan perhitungan pengumpulan data prasasti pendek oleh Rani Andrika diperoleh jumlah 132 buah prasasti, dengan rincian: pada Candi Siwa sebanyak 52 prasasti (yang terbaca 20 prasasti); pada Candi Wisnu sebanyak 39 prasasti (yang terbaca 15 prasasti); Candi Brahma sebanyak 22  prasasti (yang terbaca tujuh prasasti); pada Candi Nandi sebanyak 4 prasasti (semua tidak terbaca lagi); pada Candi Apit Utara sebanyak 2 prasasti (yang terbaca hanya satu prasasti); pada Candi Wahana B sebanyak 4 prasasti (semua tidak terbaca lagi); dan pada pagar ditemukan 9 prasasti yang semua masih dapat dibaca. Ibid., hlm. 126.
18 Dengan catatan bahwa 89 buah prasasti yang tercatat dalam Lembaran arsip gambar tersebut memang benar-benar prasasti yang berbeda dengan amatan di lapangan saat ini. Terdapat kemungkinan bahwa coretan prasasti-prasasti tersebut telah mengalami kekaburan karena pengaruh iklim dan tindak konservasi sepanjang waktu, sehingga terbaca lain saat ini. 
19 Berdasarkan kunjungan penulis pada sekitar tahun 1990-an.
20 Bandingkan De Casparis (1956), loc.cit.; Boechari. 1976. “Some Considerations of the Problem of the Shift of Mataram's Center of Government from Central to East Java in the 10th Century A .D.” Bulletin of the Research Centre of Archaeology of Indonesia No . 10 . Jakarta: Proyek Pelita, Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional, Departemen P & K, hlm. 11.
21 Ibid.
22 N.J. Krom (1923), hlm. 487 - , juga menghubungkan nama-nama tersebut dalam kaitannya dengan seniman atau tukang yang bekerja dalam pembangunan Candi Prambanan, namun de Casparis (1975, hlm. 6 catatan 13) tidak menyetujuinya.
23 Bandingkan juga: Boechari (1976), hlm. 11.
24 Lihat: De Casparis (1958), hlm. 8-12. 
25 Bentuk variasi dari “gawai
26 Kemungkinan di dahului dengan kata “gawai”.
27 Jelas frasa ini mestinya didahului dengan “gawai”.
28 Kemungkinan “tawai”merupakan kesalahan tulis, seharusnya “gawai”.
29 Kehilangan aksara “wai”
30 Kehilangan aksara “ga”.
31 Lihat Tabel 7.
32 O.V. 1940, hlm. 29.
33 Bandingkan dengan de Casparis (1958), op.cit.,hlm.310-311.
34 Lihat de Casparis (1975), hlm. 33. Bandingkan dengan Rani Andrika (2011), hlm. 108-110. 



Pustaka Rujukan

Anggraeni, Rina. 1989. Penempatan Prasasti –Prasasti Pendek di Candi-Candi Perwara Percandian Plaosan Lor Kaitannya dengan Tahapan Pembangunannya. Skripsi Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ashari, Chaidir. 2010. Inskripsi-inskripsi pada Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Kajian Epigrafi. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Univesitas Indonesia.
Atmodjo, M. Sukarto K. 1975. “The Pillar Inscription of Upit”. Dalam: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 131 (1975), no: 2/3, Leiden, hlm. 247-253.
Blom, Jan Rombout van. 1935. Tjandi Sadjiwan. Leiden: Stenferrt Kroese.
Boechari. 1976. “Some Considerations of the Problem of the Shift of Mataram's Center of Government from Central to East Java in the 10th Century A .D.” Bulletin of the Research Centre of Archaeology of Indonesia No . 10 . Jakarta: Proyek Pelita, Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional, Departemen P & K .
Chutiwongs, Nandana. 2009. “The ‘Fruits of Seeing’ from the Hidden Base of Borobudur”. Dalam: Uncovering the Meaning of the Hidden Base of Candi Borobudur. The National Research and Development Centre ofArchaeology, hlm. 279-318.
De Casparis, J.G. 1950. Prasasti Indonesia I. Bandung: Masa Baru.
De Casparis, J.G. 1956. Prasasti Indonesia II. Selected Inscriptions from the 7th to 9th century A.D. Bandung: Masa Baru
De Casparis, J.G. 1975. Indonesian Palaeography A History of Writing in Indonesia from the Beginnings to C. A.D. 1500. Leiden: E.J . Brill
De Casparis, J.G., 1958. “Short Inscriptions from Tjaṇḍi Plaosan-lor”. Berita Dinas Purbakala No. 4. Djakarta: Dinas Purbakala.
Krom, N.J. 1923. Inleiding tot de Hindoe-Javaansche Kunst. Vol II. ‘s Gravenhage: M. Nijhoff.
Oudheidkundig Verslag 1925, hlm. 16-17
Oudheidkundig Verslag 1940, hlm. 29 dan foto 11.
Pramastuti, Herni dkk. 2007. Pusaka Aksara Yogyakarta Alih Aksara dan Alih Bahasa Prasasti Koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Yogyakarta.
Rani Andrika. 2011. Prasasti Pendek dan Gambar Bercat pada Kompleks Candi Prambanan (Kajian Paleografis, Isi, dan Fungsi). Skripsi Sarjana. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Stutterheim, Oudheidkundige Aanteekeningen No. XXIX, Tjandi Lara Djonggrang en Oost-Java, dalam B.K.I., 90 (1933), hlm. 267-270.

2 komentar:

  1. Terima kasih postingannya, Mbak. Jadi dapat gambaran tentang postingan saya tentang Plaosan Lor :)

    BalasHapus
  2. bagus banget. Jadi pengen bisa baca/dapat kopian buku Casparis dan jurnal2 arkelogis. Bskah membantu?
    Terimakasih

    BalasHapus